Saturday, January 31, 2009

FILSAFAT DAN TASAUF

Salam,

Sekarang kita akan melihat secara umum, bagaimanakah sebenarnya hubungan antara filsafat dengan mistisisme, yang dalam konteks filsafat Islam disebut dengan tasawuf.

Tasawuf dipahami sebagai mistisisme Islam -kadang disebut juga Sufisme- (karena dinisbatkan kepada ahli tasawwuf yang disebut sufi). Tasawuf dimasukkan oleh Ibn Khaldun ke dalam kelompok ilmu-ilmu naqliyyah (agama). Sebagai salah satu ilmu naqliyyah, maka tasawuf, didasarkan pada otoritas, yaitu Al-Qur'an dan Hadits, dan bukan pada nalar rasional seperti filsafat.

Tasawuf dan Filsafat memang bisa kita bedakan, karena sementara yang pertama bertumpu pada wahyu dan penafsiran esoterik (batini) sedangkan yang kedua bertumpu pada akal.

Meskipun begitu, tidak selalu berarti bahwa kedua disiplin ini bertentangan satu sama lainnya. Walapun untuk kebanyakan orang, filsafat akan terasa aneh karena mereka hanya menafsirkan agama secara harfiah atau eksoterik.

Menurut Ibn Rusyd, kalau terkesan bahwa filsafat seolah-olah bertentangan dengan agama, maka kita harus melakukan ta'wil kepada naskah-naskah agama. Alasannya adalah karena naskah-naskah agama bersifat simbolis dan kadang memiliki banyak makna.

Dari sudut boleh tidaknya penafsiran eksoterik atau ta'wil, maka filsafat dan tasawuf, seiya-sekata. Tetapi dilihat dari metode penelitiannya maka keduanya berbeda.

Filsafat memanfaatkan dimensi rasional pengetahuan, sementara tasawuf dimensi spiritual. Namun, karena keduanya (dimensi rasional dan spiritual) adalah dimensi sejati dari kebenaran sejati yang sama, maka keduanya berpotensi untuk saling melengkapi.

Menurut Al-Farabi dan Ibn Sina, sumber pengetahuan para filosof dan para nabi (termasuk para sufi), adalah sama dan satu, yaitu akal aktif (al-'aql al-fa'al), atau malaikat Jibril dalam istilah agamanya. Hanya saja sementara para filosof mencapai pengetahuan darinya (akal aktif) melalui penalaran akal-beserta latihan yang intensif, sementara para Nabi (sufi) memperolehnya secara langsung tanpa perantara, tanpa usaha.

Sementara itu, untuk memperoleh pengetahuan para filosof menggunakan penalaran diskursif, para Nabi (sufi) menangkapnya lewat daya mimitik imajinasi (menurut Al-Farabi) atau akal suci atau intuisi (menurut Ibn Sina).

Sehingga bisa kita saksikan bahwa, bahasa filsafat bersifat rasional, sementara bahasa profetik/mistik bersifat simbolis dan mitis. Namun menurut kedua filosof muslim tersebut, baik filsafat maupun tasawuf berbicara tentang kebenaran yang sama. Hanya saja mereka menggunakan cara dan bahasa yang berbeda.

Perbedaan yang mencolok antara modus pengenalan rasional dan pengenalan intuitif atau mistik adalah, bahwa pengetahuan akal membutuhkan "perantara", berupa konsep atau representasi- semisal kata-kata atau simbol-untuk mengetahui objek yang ditelitinya. Dan mungkin karena itu, maka modus pengenalan rasional (falsafi) disebut ilmu hushuli (acquired knowledge).

Untuk mengetahui pikiran seorang misalnya, kita harus mempelajari pikiran-pikirannya dengan membaca tulisan-tulisan atau mendengarkan ceramah-ceramahnya. Berbeda, tentunya, dengan orang itu sendiri, ketika ia ingin memahami pemikiran-pemikiran nya sendiri, ia tidak perlu atau tergantung pada kata-katanya, karena orang itu dapat memahaminya dengan begitu saja, tanpa representasi apapun.

Oleh karena sifatnya yang tidak langsung itulah, maka pengetahuan rasional tidak bisa betul-betul menangkap objeknya secara langsung. Modus pengetahuan seperti itu, menurut Rumi, akan sama dengan orang yang berusaha memetik setangkai bunga mawar dari "M.A.W.A.R."

Anda, kata Rumi, "tidak akan mampu memetik mawar dari M.A.W.A.R., karena anda baru menyebut namanya. Cari yang empunya nama!".

Berbeda dengan modus pengenalan rasional, pengenalan intuitif atau mistik (seperti yang dialami oleh para Sufi atau nabi) bersifat langsung, dalam arti tidak butuh pada simbol atau representasi apapun. Ia tidak butuh pada bacaan, huruf atau bahkan konsep dan sebangsanya.

Contoh yang mudah dari pengenalan seperti ini adalah, misalnya, pengetahuan kita tentang diri kita sendiri, atau yang biasa disebut self-knowledge. Untuk mengetahui diri kita sendiri, apakah kita perlu perantara, seperti halnya ketika kita hendak mengerti orang lain? Tentu saja tidak.

Kita tahu tentang diri kita-dengan begitu saja, karena keinginan kita dengan diri kita adalah satu dan sama. Pikiran kita misalnya, bahkan bisa dikatakan telah menyatu dengan diri kita. Ia hadir dan dan tidak bisa dipisahkan lagi dari diri kita. Itulah sebabnya, mengapa modus pengenalan ini disebut ilmu hudhuri (knowledge by presence / presential knowledge).

Karena objek yang diteliti (misalnya pikiran atau keinginan) telah hadir dalam diri kita, bahkan telah menyatu dalam diri kita, maka terjadi kesatuan (identitas) antara subjek dan objek, antara yang berpikir dengan yang dipikirkan, antara alim dan maklum. Akibatnya, maka pengetahuan kita tentang objek tersebut (yang tidak lain dari pada diri kita sendiri) adalah sama dan satu. Di sini kita mengalami bahwa "mengetahui" (to know) adalah sama dengan "ada" itu sendiri (to be).

Meskipun tasawuf dikategorikan oleh Ibn Khaldun sebagai ilmu naqliyyah (agama) dan karena itu berdasarkan pada otoritas, namun menurut kesaksian Ibn Khaldun sendiri dalam Al Muqaddimah-nya, Tasawuf, pada perkembangan berikutnya, telah banyak memasuki dunia filsafat , sehingga sulit bagi keduanya untuk dipisahkan.

Dalam kasus filsafat suhrawardi, misalnya, kita bisa melihat bahwa tasawuf bahkan telah dijadikan dasar bagi filsafatnya, sehingga orang menyebutnya filosof mistik (muta'allih) . Sementara pada diri Ibn "Arabi, kita melihat analisis yang sangat filosofis merasuki hampir setiap lembar karya-karyanya. Sehingga tasawufnya sering disebut tasawuf falfasi. Pada masa berikutnya, kita tahu bahwa Mulla Shadra, pada akhirnya telah dapat mensintesiskan keduanya, dalam apa yang kita sebut filsafat Hikmah Muta'aliyyah, atau teosofi transenden. Disini, unsur-unsur filosofis dan mistik berpadu erat dan saling melengkapi satu sama lain.

Salam,

Iman K.

http://www.parapemi kir.com

RABIATUL ADAWIYAH

Ada suatu kisah yang menceritakan bahwasanya ketika Rabiah sedang shalat disebuah pertapaan, ia merasa lelah dan langsung tertidur. Disaat tertidur itulah masuk orang maling untuk mengambil cadar rabiah. Setelah orang itu mengambil cadar rabiah, dan berkeinginan untuk keluar, maka saat itu jalan keluar bagi si maling itu tertutup. Kemudian maling itu melepaskan cadar yang diambilnya, seketika itu pulalah jalan keluar terbuka. Tapi kemudian maling itu kembali mengambil cadar rabiah, tapi jalan keluar tertutup kembali. Tujuh kali
perbuatan seperti itu diulangi oleh maling itu, kemudian terdengarlah olehnya sebuah suara disudut pertapaan rabiah.
“Hai manusia, tiada gunanya engkau mencoba-coba, sudah bertahun-tahun rabiah mengabdi kepada Allah SWT. Sedangkan setan pun tak berani menghampirinya. Tetapi betapakah seorang maling memiliki keberanian hendak mencuri cadarnya. Pergilah dari sini hai manusia jahanam tiada gunanya engkau mencoba-cobanya lagi. Kemudian ada satu kisah yang mungkin terkait dengan doa rabiah tersebut.

Pada suatu saat rabiah sedang sakit, ia dijenguk oleh abdul wahid amir dan shofyan at Tsauri. Tapi karena mereka menyegani rabiah maka mereka tidak berani berkata dan menyapa rabiah. Lalu dimulailah oleh rabiah untuk menyapa keduanya. “Engkaulah yang berkata duluan hai tsauri” kata Rabiah Lalu tsauri berkata “Jika engkau berdoa, niscaya penderitaanmu akan hilang” Rabiah menjawab “Tidak tahukah engkau siapa yang mengkehendaki aku menderita seperti ini? Bukankah Allah SWT?Tsauri pun membenarkanya “ya” Rabiah berujar “ Betapa mungkin engkau mengetahui hal ini, menyuruhku untuk memohonkan hal yang bertentangan dengan-NYA? Bukankah tidak baik kita menentang sahabat kita sendiri?“apakah yang engkau inginkan rabiah?” Tanya at Tsauri “at Tsauri, engkau adalah seorang terpelajar! Tapi kenapa engakau bertanya demikian. Demi kebesaran Allah” rabiah bertandas “telah dua belas aku
menginginkan buah kurma segar. Engkau tentu tahu bahwasanya di basrah buah korma sangat murah harganya, tapi hingga saat ini aku belum pernah memakannya. Aku ini hanyalah hamba-NYA dan apakah hak seorang hamba untuk menginginkan sesuatu? Jika aku menginginkan sesuatu sedangkan Allah tidak menginginkanya, maka kafirlah aku. Engkau harus
menginginkan segala sesuatu yang diinginka-NYA semata-mata agar engkau dapat menjadi hamba-NYA yang sejati. Tapi lain lagi persoalanya jika tuhan sendiri memberikanya.”
Kemudian at tasuri terdiam dan berkata kepada rabiah “ karena aku tidak dapat berbicara mengenaimu, maka engkaulah yang berbicara mengenai diriku” Rabiah menjawab “engkau adalah manusia yang suka membacakan hadist dan engkau juga baik kecuali dalam satu hal engkau mencintai dunia”At Tasuri pun tergugah hatinya dan berujar “Ya Allah, kasihilah aku”Tapi rabiah menyindir “Tidak malukah engkau mengharapkan kasih Allah sedangkan engkau sendiri tidak mengasihi-NYA.”

Dari kisah tersebut kita dapat mengambil hikmah dari kecintaan rabiah sebagai hambaNYA. Apa yang diinginkan manusia belum tentu diinginkan oleh NYA, tapi lain halnya bila Allah SWT sendiri yang berkehendak atas keinginan NYA. Jika seorang manusia menginginkan surga tetapi Allah SWT tidak menginginkan, apalah daya bagi manusia untuk menentang keinginan-NYA

Sunday, January 25, 2009

KELUASAN NERAKA

Luasnya Neraka :.

Yazid Arraqqasyi dari Anas bin Malik ra. berkata: Jibrail datang kepada Nabi saw pada waktu yg ia tidak biasa datang dalam keadaan berubah mukanya, maka ditanya oleh nabi s.a.w.: "Mengapa aku melihat kau berubah muka?" Jawabnya: "Ya Muhammad, aku datang kepadamu di saat Allah menyuruh supaya dikobarkan penyalaan api neraka, maka tidak layak bagi orang yg mengetahui bahawa neraka Jahannam itu benar, dan siksa kubur itu benar, dan siksa Allah itu terbesar untuk bersuka-suka sebelum ia merasa aman dari padanya." Lalu nabi s.a.w. bersabda: "Ya Jibrail, jelaskan padaku sifat
Luasnya Neraka :.

Yazid Arraqqasyi dari Anas bin Malik ra. berkata: Jibrail datang
kepada Nabi saw pada waktu yg ia tidak biasa datang dalam keadaan
berubah mukanya, maka ditanya oleh nabi s.a.w.:



"Mengapa aku melihat kau berubah muka?" Jawabnya: "Ya Muhammad, aku
datang kepadamu di saat Allah menyuruh
supaya dikobarkan penyalaan api neraka, maka tidak layak bagi orang
yg mengetahui bahawa neraka Jahannam itu benar, dan siksa kubur itu
benar, dan siksa Allah itu terbesar untuk bersuka-suka sebelum ia merasa
aman dari padanya."


Lalu nabi s.a.w. bersabda: "Ya Jibrail, jelaskan padaku sifat
Jahannam."

Jawabnya: "Ya. Ketika Allah menjadikan Jahannam, maka dinyalakan
selama seribu tahun, sehingga merah, kemudian dilanjutkan seribu tahun
sehingga putih, kemudian seribu tahun sehingga hitam, maka ia hitam
gelap, tidak pernah padam nyala dan baranya. Demi Allah yg mengutus
engkau dengan hak,
andaikan terbuka sebesar lubang jarum nescaya akan dapat membakar
penduduk dunia semuanya kerana panasnya.



Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan satu baju ahli
neraka itu digantung di antara langit dan bumi nescaya akan mati
penduduk bumi kerana panas dan basinya. Demi Allah yg mengutus engkau
dengan hak, andaikan satu pergelangan dari rantai yg disebut dalam
Al-Quran itu diletakkan di atas bukit, nescaya akan cair sampai ke bawah
bumi yg ke tujuh.

Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan seorang di
hujung barat tersiksa, nescaya akan terbakar orang-orang yang di hujung
timur kerana
sangat panasnya, Jahannam itu sangat dalam dan perhiasannya besi,
dan minumannya air panas campur nanah, dan pakaiannya potongan-potongan
api.

Api neraka itu ada tujuh pintu, tiap-tiap pintu ada bahagiannya
yang tertentu dari orang laki-laki dan perempuan."

Nabi s.a.w. bertanya: "Apakah pintu-pintunya bagaikan pintu-pintu
rumah kami?" Jawabnya: "Tidak, tetapi selalu terbuka, setengahnya di
bawah dari lainnya, dari pintu ke pintu jarak perjalanan 70,000 tahun,
tiap pintu lebih panas dari yang lain 70 kali ganda." (nota kefahaman:
iaitu yg lebih
bawah lebih panas)


Tanya Rasulullah s.a.w.: "Siapakah penduduk masing-masing pintu?"
Jawab Jibrail:

"Pintu yg terbawah untuk orang-orang munafik, dan orang-orang yg
kafir setelah diturunkan hidangan mukjizat nabi Isa a.s. serta keluarga
Fir'aun sedang namanya Al-Hawiyah.
Pintu kedua tempat orang-orang musyrikin bernama Jahim,

Pintu ketiga tempat orang shobi'in bernama Saqar.

Pintu ke empat tempat Iblis dan pengikutnya dari kaum majusi
bernama Ladha,

Pintu kelima orang yahudi bernama Huthomah.

Pintu ke enam tempat orang nasara bernama Sa'eir."


Kemudian Jibrail diam segan pada Rasulullah s.a.w. sehingga
ditanya:

"Mengapa tidak kau terangkan penduduk pintu ke tujuh?"

Jawabnya: "Di dalamnya orang-orang yg berdosa besar dari ummatmu yg
sampai mati belum sempat bertaubat."


Maka nabi s.a.w. jatuh pingsan ketika mendengar keterangan itu,
sehingga Jibrail meletakkan kepala nabi s.a.w. di pangkuannya sehingga
sedar kembali dan sesudah sadar nabi saw bersabda: "Ya Jibrail, sungguh
besar kerisauanku dan sangat sedihku, apakah ada seorang dari ummat ku
yang akan masuk ke dalam neraka?" Jawabnya: "Ya, iaitu orang yg berdosa
besar dari ummatmu."


Kemudian nabi s.a.w. menangis, Jibrail juga menangis, kemudian nabi
s.a.w. masuk ke dalam rumahnya dan tidak keluar kecuali untuk sembahyang
kemudian kembali dan tidak berbicara dengan orang dan bila sembahyang
selalu menangis dan minta kepada Allah.(dipetik dari kitab "Peringatan
Bagi Yg Lalai")


Dari Hadith Qudsi: Bagaimana kamu masih boleh melakukan maksiat
sedangkan kamu tak dapat bertahan dengan panasnya terik matahari Ku.


Tahukah kamu bahawa neraka jahanamKu itu:

1. Neraka Jahanam itu mempunyai 7 tingkat

2. Setiap tingkat mempunyai 70,000 daerah

3. Setiap daerah mempunyai 70,000 kampung

4. Setiap kampung mempunyai 70,000 rumah

5. Setiap rumah mempunyai 70,000 bilik

6. Setiap bilik mempunyai 70,000 kotak

7. Setiap kotak mempunyai 70,000 batang pokok zarqum

8. Di bawah setiap pokok zarqum mempunyai 70,000 ekor ular

9. Di dalam mulut setiap ular yang panjang 70 hasta mengandungi
lautan racun yang hitam pekat.

10. Juga di bawah setiap pokok zarqum mempunyai 70,000 rantai

11. Setiap rantai diseret oleh 70,000 malaikat


Mudah-mudahan dapat menimbulkan keinsafan kepada kita
semua.Wallahua'lam.

KISAH TALUT DAN JALUT

KISAH TALUT DAN JALUT:

pengajaran buat umat Islam. قال تعالى:﴿ أَلَمْ تَرَ إِلَى الْمَلإِ مِن بَنِي إِسْرَائِيلَ مِن بَعْدِ مُوسَى إِذْ قَالُواْ لِنَبِيٍّ لَّهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا نُّقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللّهِ قَالَ هَلْ عَسَيْتُمْ إِن كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ أَلاَّ تُقَاتِلُواْ قَالُواْ وَمَا لَنَا أَلاَّ نُقَاتِلَ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَقَدْ أُخْرِجْنَا مِن دِيَارِنَا وَأَبْنَآئِنَا فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ تَوَلَّوْاْ إِلاَّ قَلِيلاً مِّنْهُمْ وَاللّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ{ 246} وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا قَالُوَاْ أَنَّى يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِّنَ الْمَالِ قَالَ إِنَّ اللّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ وَاللّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَن يَشَاء وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ {247} وَقَالَ لَهُمْ نِبِيُّهُمْ إِنَّ آيَةَ مُلْكِهِ أَن يَأْتِيَكُمُ التَّابُوتُ فِيهِ سَكِينَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَبَقِيَّةٌ مِّمَّا تَرَكَ آلُ مُوسَى وَآلُ هَارُونَ تَحْمِلُهُ الْمَلآئِكَةُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لَّكُمْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ { 248}فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوتُ بِالْجُنُودِ قَالَ إِنَّ اللّهَ مُبْتَلِيكُم بِنَهَرٍ فَمَن شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّي وَمَن لَّمْ يَطْعَمْهُ فَإِنَّهُ مِنِّي إِلاَّ مَنِ اغْتَرَفَ غُرْفَةً بِيَدِهِ فَشَرِبُواْ مِنْهُ إِلاَّ قَلِيلاً مِّنْهُمْ فَلَمَّا جَاوَزَهُ هُوَ وَالَّذِينَ آمَنُواْ مَعَهُ قَالُواْ لاَ طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوتَ وَجُنودِهِ قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلاَقُو اللّهِ كَم مِّن فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللّهِ وَاللّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ {249} وَلَمَّا بَرَزُواْ لِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالُواْ رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ {250} فَهَزَمُوهُم بِإِذْنِ اللّهِ وَقَتَلَ دَاوُدُ جَالُوتَ وَآتَاهُ اللّهُ الْمُلْكَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَهُ مِمَّا يَشَاء وَلَوْلاَ دَفْعُ اللّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَّفَسَدَتِ الأَرْضُ وَلَكِنَّ اللّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ {251} تِلْكَ آيَاتُ اللّهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ وَإِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ{252} . Maksud: [246] Tidakkah engkau ketahui (wahai Muhammad), tentang (kisah) ketua-ketua dari Bani lsrail sesudah (wafatnya) Nabi Musa, ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: Lantiklah seorang raja untuk kami supaya boleh kami berperang (bersama-sama dengannya) pada jalan Allah Nabi mereka menjawab: Tidakkah harus, jika kamu kelak diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang?, Mereka berkata: Mengapa pula kami tidak akan berperang pada jalan Allah, sedang kami telah diusir dari kampung halaman kami dan (dari) anak-anak kami? Maka apabila perang itu diwajibkan atas mereka, mereka membelakangkan kewajipan itu, kecuali sebahagian kecil dari mereka dan (ingatlah), Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang zalim.
KISAH TALUT DAN JALUT: pengajaran buat umat Islam.

قال تعالى:﴿ أَلَمْ تَرَ إِلَى الْمَلإِ مِن بَنِي إِسْرَائِيلَ مِن بَعْدِ مُوسَى إِذْ قَالُواْ لِنَبِيٍّ لَّهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا نُّقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللّهِ قَالَ هَلْ عَسَيْتُمْ إِن كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ أَلاَّ تُقَاتِلُواْ قَالُواْ وَمَا لَنَا أَلاَّ نُقَاتِلَ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَقَدْ أُخْرِجْنَا مِن دِيَارِنَا وَأَبْنَآئِنَا فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ تَوَلَّوْاْ إِلاَّ قَلِيلاً مِّنْهُمْ وَاللّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ{ 246} وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا قَالُوَاْ أَنَّى يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِّنَ الْمَالِ قَالَ إِنَّ اللّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ وَاللّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَن يَشَاء وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ {247} وَقَالَ لَهُمْ نِبِيُّهُمْ إِنَّ آيَةَ مُلْكِهِ أَن يَأْتِيَكُمُ التَّابُوتُ فِيهِ سَكِينَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَبَقِيَّةٌ مِّمَّا تَرَكَ آلُ مُوسَى وَآلُ هَارُونَ تَحْمِلُهُ الْمَلآئِكَةُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لَّكُمْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ { 248}فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوتُ بِالْجُنُودِ قَالَ إِنَّ اللّهَ مُبْتَلِيكُم بِنَهَرٍ فَمَن شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّي وَمَن لَّمْ يَطْعَمْهُ فَإِنَّهُ مِنِّي إِلاَّ مَنِ اغْتَرَفَ غُرْفَةً بِيَدِهِ فَشَرِبُواْ مِنْهُ إِلاَّ قَلِيلاً مِّنْهُمْ فَلَمَّا جَاوَزَهُ هُوَ وَالَّذِينَ آمَنُواْ مَعَهُ قَالُواْ لاَ طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوتَ وَجُنودِهِ قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلاَقُو اللّهِ كَم مِّن فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللّهِ وَاللّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ {249} وَلَمَّا بَرَزُواْ لِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالُواْ رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ {250} فَهَزَمُوهُم بِإِذْنِ اللّهِ وَقَتَلَ دَاوُدُ جَالُوتَ وَآتَاهُ اللّهُ الْمُلْكَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَهُ مِمَّا يَشَاء وَلَوْلاَ دَفْعُ اللّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَّفَسَدَتِ الأَرْضُ وَلَكِنَّ اللّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ {251} تِلْكَ آيَاتُ اللّهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ وَإِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ{252} .
Maksud:
[246] Tidakkah engkau ketahui (wahai Muhammad), tentang (kisah) ketua-ketua dari Bani lsrail sesudah (wafatnya) Nabi Musa, ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: Lantiklah seorang raja untuk kami supaya boleh kami berperang (bersama-sama dengannya) pada jalan Allah Nabi mereka menjawab: Tidakkah harus, jika kamu kelak diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang?, Mereka berkata: Mengapa pula kami tidak akan berperang pada jalan Allah, sedang kami telah diusir dari kampung halaman kami dan (dari) anak-anak kami? Maka apabila perang itu diwajibkan atas mereka, mereka membelakangkan kewajipan itu, kecuali sebahagian kecil dari mereka dan (ingatlah), Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang zalim.
[247] Dan Nabi mereka pula berkata kepada mereka: Bahawasanya Allah telah melantik Talut menjadi raja bagi kamu. Mereka menjawab: Bagaimana dia mendapat kuasa memerintah kami sedang kami lebih berhak dengan kuasa pemerintahan itu daripadanya dan dia pula tidak diberi keluasan harta kekayaan? Nabi mereka berkata: Sesungguhnya Allah telah memilihnya (Talut) menjadi raja kamu dan telah mengurniakannya kelebihan dalam lapangan ilmu pengetahuan dan kegagahan tubuh badan dan (ingatlah), Allah jualah yang memberikan kuasa pemerintahan kepada sesiapa yang dikehendakiNya dan Allah Maha Luas (rahmatNya dan pengurniaanNya), lagi meliputi ilmuNya.
[248] Dan Nabi mereka, berkata lagi kepada mereka: Sesungguhnya tanda kerajaan Talut itu (yang menunjukkan benarnya dari Allah) ialah datangnya kepada kamu peti Tabut yang mengandungi (sesuatu yang memberi) ketenteraman jiwa dari Tuhan kamu dan (berisi) sebahagian dari apa yang telah ditinggalkan oleh keluarga Nabi-nabi Musa dan Harun; peti Tabut itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya peristiwa kembalinya Tabut itu mengandungi satu tanda keterangan bagi kamu jika betul kamu orang-orang yang beriman.
[249] Kemudian apabila Talut keluar bersama-sama tenteranya, berkatalah ia: Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan sebatang sungai, oleh itu sesiapa di antara kamu yang meminum airnya maka bukanlah dia dari pengikutku dan sesiapa yang tidak merasai airnya maka sesungguhnya dia dari pengikutku, kecuali orang yang menceduk satu cedukan dengan tangannya. (Sesudah diingatkan demikian) mereka meminum juga dari sungai itu (dengan sepuas-puasnya), kecuali sebahagian kecil dari mereka. Setelah Talut bersama-sama orang-orang yang beriman menyeberangi sungai itu, berkatalah orang-orang yang meminum (sepuas-puasnya): Kami pada hari ini tidak terdaya menentang Jalut dan tenteranya. Berkata pula orang-orang yang yakin bahawa mereka akan menemui Allah: Berapa banyak (yang pernah terjadi), golongan yang sedikit berjaya menewaskan golongan yang banyak dengan izin Allah dan Allah (sentiasa) bersama-sama orang-orang yang sabar.
[250] Dan apabila mereka (yang beriman itu) keluar menentang Jalut dan tenteranya, mereka berdoa dengan berkata: Wahai Tuhan kami! Limpahkanlah sabar kepada kami dan teguhkanlah tapak pendirian kami serta menangkanlah kami terhadap kaum yang kafir
[251] Oleh sebab itu, mereka dapat mengalahkan tentera Jalut dengan izin Allah dan Nabi Daud (yang turut serta dalam tentera Talut) membunuh Jalut dan (sesudah itu) Allah memberikan kepadanya (Nabi Daud) kuasa pemerintahan dan hikmat (pangkat kenabian) serta diajarkannya apa yang dikehendakiNya dan kalaulah Allah tidak menolak setengah manusia (yang ingkar dan derhaka) dengan setengahnya yang lain (yang beriman dan setia) nescaya rosak binasalah bumi ini; akan tetapi Allah sentiasa melimpah kurniaNya kepada sekalian alam.
[252] Itulah ayat-ayat keterangan Allah yang kami bacakan ia kepadamu (wahai Muhammad) dengan benar dan sesungguhnya engkau adalah salah seorang dari Rasul-rasul (yang diutuskan oleh) Allah.

Pendahuluan.

Kisah Talut dan Jalut adalah kisah al Quran yang memerlukan perhatian dan renungan para pejuang untuk terus membongkar rahsia pelajaran dan pengajarannya. Antara kandungannya ialah;
1. Tabiat Yahudi yang suka membantah perintah Allah dan nabiNya dan membuat tuntuntan yang tidak beradab.
2. Cara dan corak ujian bagi pembersihan dan penapisan saf.
3. Kedudukan nilai “dengar dan taat” umat Islam kepada kepimpinan.
4. Kemenangan yang datang selepas kesabaran, keteguhan dan keikhlasan.
5. Kejayaan tidak dicapai dengan bilangan yang ramai. Sebaliknya, mengikut kadar perhubungan dengan Allah serta iman dan taqwa di hati.
6. Keutamaan berdoa dan kesannya ketika pertembungan.


Huraian:

1.Tabiat Yahudi :

~ Pertanyaan dan permintaan mereka adalah digerakkan oleh perasaan ego dan sombong terhadap nabi-nabi.
~ Membangkang dan menolak perintah Allah dan nabiNya.
~ Malas dan memberontak serta bijak mencipta alasan.
~ Banyak bercakap dan suka membesarkan apa yang berlaku.
~ Ujian Allah yang banyak mengenai mereka supaya tiada alasan dan hujah lagi bagi mereka.
~ Beranggapan bahawa mereka lebih layak untuk berkuasa lantaran sifat sombong dan suka memperlekehkan orang lain.
~ Beranggapan kemewahan harta benda sebagai neraca pertimbangan bagi kelayakan menjadi pemimpin.
~ Menjadikan peperangan di jalan Allah sebagai landasan untuk mendapat keuntungan diri.
~ Selalu meminta-minta petanda dan pembuktian dengan hanya dengan tujuan persendaan.
~ Tidak boleh menerima sifat keilmuan dan kekuatan ( kemampuan ) sebagai faktor pemilihan ketua.
~ Justeru, mereka menggalakan cara hidup yang jahil, malas dan pasif.
~ Payah untuk beriman dalam banyak hal lantaran sifat nifaq dan tidak jujur.

2. Penapisan dan pembersihan Saf.

1. Penapisan pertama: Menerima perintah Allah.
]
فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمْ الْقِتَالُ تَوَلَّوْا إِلاَ قَلِيلاَ مِنْهُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ [.
“ Maka apabila perang itu diwajibkan atas mereka, mereka membelakangkan kewajipan itu, kecuali sebahagian kecil d
ari mereka dan (ingatlah), Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang zalim. ”
Syariat peperangan untuk menguji mereka yang mempunyai niat yang baik dan jujur dan mereka yang tidak berniat demikian yang hanya bijak dan berkata-kata bahkan hanya mempermain-main dan mempersenda-senda urusan agama.

Di siri yang pertama ini pun telah ramai yang gugur dan hanya sekumpulan kecil sahaja yang menyahut dan menyambut.

2. Penapisan kedua: Mematuhi perintah kepimpinan.
]
فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوتُ بِالْجُنُودِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ مُبْتَلِيكُمْ بِنَهَرٍ فَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّي وَمَنْ لَمْ يَطْعَمْهُ فَإِنَّهُ مِنِّي إِلاَ مَنْ اغْتَرَفَ غُرْفَةً بِيَدِهِ فَشَرِبُوا مِنْهُ إِلاَ قَلِيلاَ مِنْهُمْ [.
“Kemudian apabila Talut keluar bersama-sama tenteranya, ber
katalah ia: Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan sebatang sungai, oleh itu sesiapa di antara kamu yang meminum airnya maka bukanlah dia dari pengikutku dan sesiapa yang tidak merasai airnya maka sesungguhnya dia dari pengikutku, kecuali orang yang menceduk satu cedukan dengan tangannya. (Sesudah diingatkan demikian) mereka meminum juga dari sungai itu (dengan sepuas-puasnya), kecuali sebahagian kecil dari mereka.”
Talut membuat arahan supaya tidak mengambil minuman yang banyak dan tidak duduk lama di sungai itu kerana ;
· mereka akan leka dan tidak meneruskan perjalanan.
· Lewat melaksanakan tugasan.
· Malas dan bertangguh-tangguh.
· Terlekat dengan kesenangan duniawi.
· Menggangu kesihatan kerana mereka dalam keletihan.

Di peringkat ini, ramai pula yang gagal melepasi ujian lalu tidak meneruskan perjuangan. Hanya sekumpulan kecil yang lulus dan melayakkan diri ke medan.

3. Penapisan ketiga : Ujian di medan yang sebenar.
]
فَلَمَّا جَاوَزَهُ هُوَ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ قَالُوا لاَ طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلاَقُو اللَّهِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ [(249)
“ Setelah Talut bersama-sama orang-orang yang beriman menyeberang
i sungai itu, berkatalah orang-orang yang meminum (sepuas-puasnya): Kami pada hari ini tidak terdaya menentang Jalut dan tenteranya. Berkata pula orang-orang yang yakin bahawa mereka akan menemui Allah: Berapa banyak (yang pernah terjadi), golongan yang sedikit berjaya menewaskan golongan yang banyak dengan izin Allah dan Allah (sentiasa) bersama-sama orang-orang yang sabar.”

Di sini sekali terjadinya ujian terhadap keimanan dan kesabaran apabila benar-benar berhadapan dengan kumpulan musuh yang kuat dan besar. Bagi mereka yang berjiwa lemah, kekuatan lahiriyah musuh itu cukup untuk menghilangkan pertimbangan lalu mengambil sikap menarik diri. Bagi mereka yang teguh pendirian, kekuatan dan kebesaran Allah lebih dipercayai dan diharapkan. Inilah kemuncak kesabaran dan kesabaran inilah yang akhirnya mengundang kemenangan dan pertolongan Allah.

Pengajaran:
~ Mengasaskan segala amalan di atas keikhlasan dan ketaqwaan yang tinggi sebagai tapak yang kukuh mempertahankan Istiqamah dalam perjuangan.
~ Sentiasa berusaha untuk meningkat iman dengan mencari wasilah-wasilah yang menuju kepadanya.
~ Berwaspada dengan lubang masuk syaitan ke dalam diri manusia seperti harta, nafsu, malas, ego serta sukakan kemasyhuran dan penonjolan.
~ Berdisiplin, bersungguh-sungguh, serius, dan bersikap positif dalam melaksanakan tugasan.
~ Niat mencari ganjaran dan keredhaan dari Allah sentiasa hadir dalam setiap langkah perjuangan.
~ Memperbayakkan doa dan munajat sebagai lambang pergantungan yang tinggi kepada kuasa Allah swt.
~ Mengambil kisah al quran sebagai penghibur dan pemangkin semangat juang.