Wednesday, April 15, 2009

8 PRINSIP TAZKIYYAT AN NAFS

8 Prinsip Tazkiyyat an Nafs

By: Prof. Dr. Achmad Mubarok MA

Seperti disebutkan sebelumnya, jiwa manusia oleh Tuhan didesain sempurna, diangugerahi kapasitas tertentu, berfitrah suci dan bisa ditingkatkan kesuciannya, tetapi bisa juga menjadi kotor jika dikotori.

Prinsip-prinsip kesucian jiwa tersebut dipaparkan oleh Alquran sebagai berikut.

1. Ada Nafs yang suci secara fitri, yakni suci sejak mula kejadiannya, yaitu nafs anak-anak yang belum mukallaf dan belum pernah melakukan perbuatan dosa seperti yang disebut dalam surat Alkahfi 74 dan surat Maryam 19.

Artinya : maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidir membunuhnya. Musa pun berkata, “Mengapa kamu bunuh jiwa yang suci, bukan karena dia membunuh orang lain?” sesungguhnya kamu telah melakukan yang mungkar.” (Q/18 : 74).

Artinya : Ia (Jibril) berkata : “Sesungguhnya aku ini haruslah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.” (Q/19 : 19).

2. Nafs yang suci jika tidak dipelihara kesuciannya bisa berubah menjadi kotor, seperti tersebut dalam surat Assyams, 10.

Artinya : … dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotori (jiwa) nya (Q/91:10).

3. Manusia bisa melakukan usaha penyucian jiwa seperti disebut dalam surat annazi’at : 18, al Fatir : 18 dan surat Al a’la : 1.

Artinya : … dan katakanlah (kepada Fir’aun) adalah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan) (Q/79:18).

… dan barang siapa yang menyucikan dirinya, sesungguhnya ia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allah lah kembali (mu) (Q/35 : 18).

Artinya : Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman) (Q/87 : 14).

4. Proses penyucian jiwa itu bisa melalui usaha, yakni dengan mengeluarkan zakat seperti tersebut dalam surat attaubah : 103, dan menjalankan pergaulan hidup secara terhormat seperti yang diisyaratkan dalam surat Annur : 28 dan 30.

Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan (hati dari kekikiran dan cinta harta) dan menyucikan mereka (dengan tumbuhnya sifat-sifat terpuji dalam jiwa mereka) (Q/9 : 103).

Artinya : Jika kamu tidak menemui seorang pun di dalam rumah (yang bukan rumahmu) itu, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: “Kembali (saja) lah,” maka hendaklah kamu kembali. Itu lebih bersih bagimu dan Allah maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q/24 : 28).

Artinya : Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan” (Q/24 : 30).

5. Penyucian nafs juga bisa dilakukan dengan proses pendidikan seperti yang dilakukan oleh para Nabi kepada umatnya. Hal ini ditegaskan Alquran dalam surat Albaqarah : 129, 151, surat Al-Imran : 164 dan surat Jum’ah 2.

Artinya : “Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Q/62 :2).

6. Di samping melalui usaha dan pendidikan, penyucian jiwa bisa juga terjadi karena karunia dan rahmat Allah yang diberikan kepada orang yang dikehendaki oleh-Nya, seperti disebutkan dalam surat Annur : 21 dan surat Annisa : 49.

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barang siapa mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki- Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (Q/24 : 21).

7. Perbuatan menyucikan jiwa (tazkiyyat an nafs) merupakan perbuatan terpuji dan dihargai Tuhan seperti disebut dalam surat Taha : 75-76, Q/91 : 9, Q/87 : 14, dan Q/92 : 18.

Artinya : (yaitu) surge ‘And yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan) (Q/20 : 76).

8. Bahwa perbuatan mengaku jiwanya telah suci merupakan hal yang tercela, seperti yang tersurat dalam surat Annajm/53 : 32, dan Q/4 : 49.

Artinya : … maka, janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa (Q/53 : 32).

SIFAT DAN KEADAAN QALB [HATI]

Sifat dan Keadaan Qalb (Hati)

By: Prof. Dr. Achmad Mubarok MA

Qalb mempunyai karakter tidak konsisten, oleh karena itu ia bisa terkena konflik batin. Interaksi yang terjadi antara pemenuhan fungsi memahami realita dan nilai-nilai (positif) dengan tarikan potensi negatif yang berasal dari kandungan hatinya, melahirkan satu keadaan psikologis yang menggambarkan kualitas, tipe dan kondisi dari qalb itu. Proses pencapaian kondisi qalb itu melalui tahapa-tahapan perjuangan rohaniah, dan dalam proses itu, menurut al-Qur’an, manusia mempunyai sifat tergesa-gesa, seperti yang dipaparkan dalam surat al-Anbiya / 21:37 dan Q., s. al-Isra / 17:11, dan berkeluh-kesah, seperti yang terdapat dalam surat al-Ma'arij / 70:9-20.

Proses interaksi psikologis itu mengantar hati pada kondisi dan kualitas hati yang berbeda-beda, yaitu:

1) Keras dan kasar hati, surat Ali Imran / 3:159,

2) Hati yang bersih, surat al-Syuara / 26: 89,

3) Hati yang terkunci mati, surat al-Syura / 42:24 dan surat al-Mumin / 40:35,

4) Hati yang bertaubat, surat Qaf / 50:33,

5) Hati yang berdosa, surat al-Baqarah / 2:283,

6) Hati yang terdinding, surat al-Anfa / 8:24,

7) Hati yang tetap tenang, surat al-Nahl / 16:106,

8) Hati yang lalai, surat al-Anbiya / 21:3,

9) Hati yang menerima petunjuk Allah SWT, surat al-Taghabun / 64:11,

10) Hati yang teguh, surat al-Qashashsh / 28:10, dan surat Hud / 11:120,

11) Hati yang takwa, surat al-Hajj / 22:32,

12) Hati yang buta, surat al-Hajj / 22:46,

13) Hati yang terguncang, surat al-Nur / 24:37,

14) Hati yang sesak, surat al-Mu'min / 40:18,

15) Hati yang tersumbat, surat al-Baqarah / 2:88,

16) Hati yang sangat takut, surat al-Naziat / 79:8,

17) Hati yang condong kepada kebaikan, surat al-Tahrim / 66:4,

18) Hati yang keras membatu, surat al-Baqarah / 2:74,

19) Hati yang lebih suci, surat al-Ahzab / 33:53,

20) Hati yang hancur, surat al-Tawbah / 9:110,

21) Hati yang ingkar, surat al-Nahl / 16:22,

22) Hati yang takut, surat al-Mu’minun / 23:60,

23) Hati yang kosong, surat Ibrahim / 14:43, surat al-Qashashsh / 28:10, dan

24) Hati yang terbakar, surat al-Humazah / 104:6-7.

Dari keterangan di atas, yang berkaitan dengan fungsi, potensi, kandungan dan kualitas hati yang disebut dalam al-Qur'an, dapat disimpulkan bahwa qalb memiliki kedudukan yang sangat menentukan dalam sistem nafsani manusia. Qalb lah yang memutuskan dan menolak sesuatu, dan qalb juga yang memikul tanggung jawab atas apa yang diputuskan. Dalam perspektif inilah tampaknya Nabi menyatakan bahwa qalb lah penentu kualitas manusia, seperti yang disebutkan dalam hadits riwayat Bukhari Muslim. Dalam hadits yang menyebutkan tentang kejelasan sesuatu yang halal dan haram serta kesamaran sesuatu yang syubhat itu di gambarkan bahwa qalb memiliki kedudukan yang sangat menentukan kualitas keputusan seorang manusia.

Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram juga jelas, tetapi di antara yang halal dan haram itu banyak perkara syubhat yang kebanyakan orang tidak mengetahuinya. Maka barang siapa menjaga diri dari yang syubhat berarti ia telah membersihkan agama dan kehormatannya, dan barang siapa yang terjerumus ke dalam syubhat berarti ia telah terjerumus ke dalam yang haram, seperti seorang pengembala yang mengembalakan ternaknya di sekeliling tanah larangan, dikhawatirkan akan masuk ke dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap raja mempunyai daerah larangan, dan ketahuilah bahwa daerah larangan Allah SWT adalah hal-hal yang di haramkan. Ketahuilah bahwa dalam setiap tubuh manusia ada sepotong organ yang jika ia sehat maka seluruh tubuhnya juga sehat, tetapi jika ia rusak, maka seluruh tubuhnya terganggu, ketahuilah bahwa organ itu adalah qalb (H.R. Bukhari Muslim).

Jika berfungsi tidaknya akal pada manusia diungkapkan al-Qur’an dengan kalimat tanya atau yang sebangsanya, maka besarnya peranan qalb dalam pengambilan keputusan diugkapkan oleh hadits riwayat ahmad dan al-Darimi dengan kalimat perintah, yang artinya mintalah fatwa kepada qalb-mu. Qalb di sini adalah tempat bertanya bagi seseorang jika ia harus memutuskan sesuatu yang sangat penting.

Rasyid Ridla dalam Kitab Hadits Arbain menyebutkan bahwa qalb itu ada dua macam, yaitu sepotong organ tubuh yang menjadi pusat peredaran darah, dan qalb merupakan subsistem nafs yang menjadi pusat perasaan. Bagian pertama memiliki pengaruh yang besar terhadap kesehatan badan dan bagian kedua memiliki pengaruh terhadap kesehatan jiwa.

sumber, http://mubarok- institute. blogspot. com