Sunday, July 12, 2009

PANDUAN PUASA RAMADHAN

PANDUAN PUASA RAMADHAN, ZAKAT FITHRAH DAN SHALAT DUA HARI RAYA.

MUQADDIMAH


Artinya: Diriwayatkan dari Anas ra. ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw. : Apabila ada sesuatu dari urusan duniamu, maka kamu lebih tahu tentang hal itu. Jika ada urusan dienmu, maka akulah tempat kembalinya ( ikuti aku ). ( H.R Ahmad).


Artinya : Dirwayatkan dari 'Aisyah ra : Rasulullah saw. telah bersabda : Barangsiapa melakukan perbuatan yang bukan perintah kami, maka ia tertolak ( tidak diterima). Dan dalam riwayat lain: Barangsiapa yang mengada-adakan dalam perintah kami ini yang bukan dari padanya, maka ia tertolak. Sementara dalam riwayat lain : Barangsiapa yang berbuat sesuatu urusan yang lain daripada perintah kami, maka ia tertolak. (HR.Ahmad. Bukhary dan Abu Dawud).


Kandungan dua hadits shahih di atas menerangkan dengan jelas dan tegas bahwa segala perbuatan, amalan-amalan yang hubungannya dengan dien/syari'at terutama dalam masalah ubudiyah wajib menurut panduan dan petunjuk yang telah digariskan oleh Rasulullah saw. Tidak boleh ditambah dan/atau dikurangi meskipun menurut fikiran seolah-olah lebih baik. Diantara cara syaithan menggoda ummat Islam ialah membisikkan suatu tambahan dalam urusan Dien. Sayangnya, perkara ini dianggap
soal sepele, enteng dan remeh. Padahal perbuatan seperti itu adalah merupakan suatu kerusakan yang amat fatal dan berbahaya.


Sabda Rasul saw. :

"Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, katanya : Bahwa sesungguhnya Rasulullah saw. berkhutbah kepada manusia pada waktu haji Wada' . Maka beliau bersabda : Sesungguhnya Syaithan telah berputus asa ( dalam berusaha ) agar ia disembah di bumimu ini. Tetapi ia ridha apabila ( bisikannya) ditaati dalam hal selain itu; yakni suatu amalan yang kamu anggap remeh dari amalan-amalan kamu, berhati-hatilah kamu sekalian. Sesungguhnya aku telah meninggalkan untukmu , yang jika kamu berpegang kepadanya niscaya kalian tidak akan sesat selama-lamanya. Yaitu: Kitab Allah dan sunnah NabiNya. " ( HR. Hakim ).

Dengan demikian dapat difahami bagaimana Rasulullah saw. mengingatkan kita agar selalu waspada terhadap provokasi setan untuk beramal dengan menyalahi tuntunan Nabi sekalipun hal itu nampak remeh.


"Diriwayatkan dari Ghudwahaif bin Al-Harits ra: ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw. : Setiap suatu kaum mengadakan Bid'ah, pasti saat itu diangkat (dihilangkan ) sunnah semisalnya. Maka berpegang teguh kepda sunnah itu lebih baik daripada mengadakan bid'ah "( HR. Ahmad ).


Jadi, ketika amalan bid'ah ditimbulkan betapapun kecilnya, maka pada saat yang sama Sunnah telah dimusnahkan. Pada akhirnya lama kelamaan yang nampak dalam dien ini hanyalah perkara bid'ah sedangkan yang Sunnah dan original telah tertutup. Pada saat itulah ummat Islam akan menjadi lemah dan dikuasai musuh. Insya Allah tak lama lagi kita akan menyambut kedatangan Ramadhan,dalam bulan yang penuh berkat ini kita diwajibkan menjalankan ibadah puasa Ramadhan sebulan penuh , yang mana hal tersebut merupakan salah satu bagian dari rukun Islam. Karenanya hal tersebut amat penting. Berkaitan dengan hal diatas, maka kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menunaikan ibadah puasa ini sesempurna mungkin , benar-benar bebas dari bid'ah sesuai dengan panduan yang telah digariskan oleh Rasulullah saw.


Untuk keperluan itulah dalam risalah yang sederhana ini diterangkan beberapa hal yang berkaitan dengan amaliah puasa Ramadhan, zakat fithrah, dan Shalat 'Ied berdasarkan Nash-nash yang Shariih ( jelas ). Dalil - dalil dan KESIMPULAN dibuat agar mudah difahami antara hubungan amal dengan dalilnya. Dan -tak ada gading yang tak retak- kata pepatah, sudah barang tentu risalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk menuju kesempurnaannya bantuan dari pemakai amat diharapkan. Semoga risalah ini diterima oleh Allah sebagai Amal Shalih yang bermanfaat terutama di akhirat nanti. Amien.


  1. MASYRU'IYAT DAN MATLAMAT PUASA RAMADHAN.

    1. "Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu sekalian puasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu sekalian bertaqwa "( QS Al-Baqarah : 183 ).

    2. "Bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dengan yang bathil ), karena itu barangsiapa diantara kamu menyaksikan (masuknya
    bulan ini ), maka hendaklah ia puasa... " ( Al-Baqarah : 185).

    3. " Telah bersabda Rasulullah saw. : Islam didirikan di atas lima perkara: Bersaksi bahwa tidak ada Ilah selain Allah, dan sesungguhnya Muhammad itu adalah utusan Allah. Mendirikan Shalat Mengeluarkan Zakat puasa di bulan Ramadhan Menunaikan haji ke Ka'bah. ( HR.Bukhari Muslim ).

    4. "Diriwayatkan dari Thalhah bin ' Ubaidillah ra. : bahwa sesungguhnya ada seorang bertanya kepada Nabi saw. : ia berkata : Wahai Rasulullah beritakan kepadaku puasa yang diwajibkan oleh Allah atas diriku. Beliau bersabda : puasa Ramadhan. Lalu orang itu bertanya lagi : Adakah puasa lain yang diwajibkan atas diriku ?. Beliau bersabda : tidak ada, kecuali bila engkau puasa Sunnah. ".

    KESIMPULAN : Dari ayat-ayat dan hadits-hadits diatas, kita dapat mengambil pelajaran :

    1. puasa Ramadhan hukumnya Fardu 'Ain ( dalil 1, 2, 3 dan 4 ).
    2. puasa Ramadhan disyari'atkan bertujuan untuk menyempurnakan ketaqwaan (dalil no 1).

    II. KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN DAN KEUTAMAAN BERAMAL
    DIDALAMNYA


    1. Artinya : Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra: Bahwa sesungguhnya Rasulullah saw. pernah bersabda : Ketika datang bulan Ramadhan: Sungguh telah datang kepadamu bulan yang penuh berkat, diwajibkan atas kamu untuk puasa, dalam bulan ini pintu Jannah dibuka, pintu Neraka ditutup, Setan- Setan dibelenggu. Dalam bulan ini ada suatu malam yang nilanya sama dengan seribu bulan, maka barangsiapa diharamkan kebaikannya ( tidak beramal baik didalamnya), sungguh telah diharamkan ( tidak mendapat kebaikan di bulan lain seperti di bulan ini). ( HR. Ahmad, Nasai dan Baihaqy. Hadits Shahih Ligwahairihi).

    2. "Diriwayatkan dari Urfujah, ia berkata : Aku berada di tempat 'Uqbah bin Furqad, maka masuklah ke tempat kami seorang dari Sahabat Nabi saw. ketika Utbah melihatnya ia merasa takut padanya, maka ia diam. Ia berkata: maka ia menerangkan tentang puasa Ramadhan ia berkata : Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda tentang bulan Ramadhan: Di bulan Ramadhan ditutup seluruh pintu Neraka, dibuka seluruh pintu Jannah, dan dalam bulan ini Setan dibelenggu. Selanjutnya ia berkata : Dan dalam bulan ini ada malaikat yang selalu menyeru : Wahai orang yang selalu mencari/ beramal kebaikan bergembiralah anda, dan wahai orang-orang yang mencari/berbuat kejelekan berhentilah ( dari perbuatan jahat) . Seruan ini terus didengungkan sampai akhir bulan Ramadhan." (Riwayat Ahmad dan Nasai )

    3. " Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra. Sesungguhnya Nabi saw. telah bersabda : Shalat Lima waktu, Shalat Jum'at sampai Shalat Jum'at berikutnya, puasa Ramadhan sampai puasa Ramadhan berikutnya, adalah menutup dosa-dosa (kecil) yang diperbuat diantara keduanya, bila dosa-dosa besar dijauhi." ( H.R.Muslim)

    4. "Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru, bahwa sesungguhnya Nabi saw. telah bersabda: puasa dan Qur'an itu memintakan syafa'at seseorang hamba di hari Kiamat nanti. puasa berkata : Wahai Rabbku,aku telah mencegah dia memakan makanan dan menyalurkan syahwatnya di siang hari, maka berilah aku hak untuk memintakan syafa'at baginya. Dan berkata pula AL-Qur'an : Wahai Rabbku aku telah mencegah dia tidur di malam hari ( karena membacaku ), maka berilah aku hak untuk memintakan syafaat baginya. Maka keduanya diberi hak untuk memmintakan syafaat." ( H.R. Ahmad, Hadits Hasan).

    5. "Diriwayatkan dari Sahal bin Sa'ad : Sesungguhnya Nabi saw telah bersabda : bahwa sesungguhnya bagi Jannah itu ada sebuah pintu yang disebut " Rayyaan". Pada hari kiamat dikatakan : Dimana orang yang puasa? ( untuk masuk Jannah melalui pintu itu), jika yang terakhir diantara mereka sudah memasuki pintu itu, maka ditutuplah pintu itu." (HR. Bukhary Muslim).

    6. Rasulullah saw. bersabda : Barangsiapa puasa Ramadhan karena beriman dan ikhlas, maka diampuni dosanya yang telah lalu dan yang sekarang ( HR.Bukhary Muslim).

    KESIMPULAN : Kesemua Hadits di atas memberi pelajaran kepada kita, tentang keutamaan bulan Ramadhan dan keutamaan beramal didalamnya, diantaranya :

    1. Bulan Ramadhan adalah:
    a. Bulan yang penuh Barakah.
    b. Pada bulan ini pintu Jannah dibuka dan pintu neraka ditutup.
    c. Pada bulan ini Setan-Setan dibelenggu.
    d. Dalam bulan ini ada satu malam yang keutamaan beramal didalamnya lebih baik daripada beramal seribu bulan di bulan lain, yakni malam LAILATUL QADR.
    e. Pada bulan ini setiap hari ada malaikat yang menyeru menasehati siapa yang berbuat baik agar bergembira dan yang berbuat ma'shiyat agar menahan diri. (dalil 1 & 2).

    2. Keutamaan beramal di bulan Ramadhan antara lain :
    a. Amal itu dapat menutup dosa-dosa kecil antara setelah Ramadhan yang lewat sampai dengan Ramadhan berikutnya.
    b. Menjadikan bulan Ramadhan memintakan syafaa't.
    c. Khusus bagi yang puasa disediakan pintu khusus yang bernama Rayyaan untuk memasuki Jannah. (
    dalil 3, 4, 5 dan 6).

    III. CARA MENETAPKAN AWAL DAN AKHIR BULAN

    1. "Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. beliau berkata : Manusia sama melihat Hilal (bulan sabit), maka akupun mengabarkan hal itu kepada Rasululullah saw. Saya katakan : sesungguhnya saya telah melihat Hilal. Maka beliau saw. puasa dan memerintahkan semua orang agar puasa." ( H.R Abu Dawud, Al-Hakim dan Ibnu Hibban).( Hadits Shahih).

    2. "Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Bahwa sesungguhnya Nabi saw. telah bersabda: Mulailah puasa karena melihat ru'yah dan berbukalah ( akhirilah puasa Ramadhan ) dengan melihat ru'yah. Apabila awan menutupi pandanganmu, maka sempurnakanlah bulan Sya'ban selama Tiga Puluh hari. "( HR. Bukhary Muslim).

    KESIMPULAN
    1. Menetapkan awal dan akhir bulan Ramadhan dengan melihat ru'yah, meskipun bersumber dari laporan seseorang, yang penting adil ( dapat dipercaya ).
    2. Jika bulan sabit ( Hilal ) tidak terlihat karena tertutup awan, misalnya, maka bilangan bulan Sya'ban digenapkan menjadi Tiga Puluh hari. ( dalil 1 dan 2).
    3. Pada dasarnya ru'yah yang dilihat oleh penduduk di suatu negara, berlaku untuk seluruh dunia. Hal ini akan berlaku jika Khilafah ' Ala Minhaajinnabiy sudah
    tegak ( dalil 2 ).
    4. Selama khilafah belum tegak, untuk menghindarkan meluasnya perbedaan pendapat ummat Islam tentang hal ini, sebaiknya ummat Islam mengikuti ru'yah yag nampak
    di negeri masing-masing. ( ini hanya pendapat sebagian ulama).


  1. RUKUN PUASA

    1. "... dan makan dan minumlah hingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar, kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam...( AL-Baqarah : 187).

    2. "Adiy bin Hatim berkata : Ketika turun ayat ; artinya (...hingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam...), lalu aku mengambil seutas benang hitam dan seutas benang putih, lalu kedua utas benang itu akau simpan dibawah bantalku. Maka pada waktu malam saya amati, tetapi tidak tampak jelas, maka saya pergi menemui Rasulullah saw. Dan saya ceritakan hal ini kepada beliau. Beliapun bersabda: Yang dimaksud adalah gelapnya malam dan terangnya siang (fajar). " ( H.R. Bukhary Muslim).

    3. "Allah Ta'ala berfirman : " Dan tidaklah mereka disuruh, kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan mengikhlashkan ketaatan untukNya " ( Al-Bayyinah :5)

    4. "Rasulullah saw. bersabda : Sesungguhnya semua amal itu harus dengan niat, dan setiap orang mendapat balasan sesuai dengan apa yang diniatkan." ( H.R Bukhary dan Muslim).

    5. "Diriwayatkan dari Hafshah , ia berkata : Telah bersabda Nabi saw. : Barangsiapa yang tidak beniat ( puasa Ramadhan) sejak malam, maka tidak ada puasa baginya ." (HR. Abu Dawud) Hadits Shahih.

    KESIMPULAN:
    Keterangan ayat dan hadit di atas memberi pelajaran kepada kita bahawa rukun puasa Ramadhan adalah sebagai - berikut :
    a. Berniat sejak malam hari ( dalil 3,4 dan 5).
    b. Menahan makan, minum, koitus (Jima') dengan istri di siang hari sejak terbit fajar sampai terbenam matahari ( Maghrib), ( dalil 1 dan 2).

    V. YANG DIWAJIBKAN PUASA RAMADHAN.

    1. "Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu sekalian untuk puasa, sebagaimana yang telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu sekalian bertaqwa. " ( Al-Baqarah : 183)

    2. "Diriwayatkan dari Ali ra., ia berkata : Sesungguhnya nabi saw telah bersabda : telah diangkat pena ( kewajiban syar'i/ taklif) dari tiga golongan .
    - Dari orang gila sehingga dia sembuh - dari orang tidur sehingga bangun - dari anak-anak sampai ia ia bermimpi / dewasa." ( H.R. Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi).

    KESIMPULAN
    Keterangan di atas mengajarkan kepada kita bahwa : yang diwajibkan puasa Ramadhan adalah: setiap orang beriman baik lelaki maupun wanita yang sudah baligh/dewasa dan sehat akal /sadar.

    VI. YANG DILARANG PUASA

    1. "Diriwayatkan dari 'Aisyah ra. ia berkata : Disaat kami haidh di masa Rasulullah saw, kami dilarang puasa dan diperintahkan mengqadhanya, dan kami tidak diperintah mengqadha Shalat "( H.R Bukhary Muslim).

    KESIMPULAN
    Keterangan di atas memberi pelajaran kepada kita bahwa wanita yang sedang haidh dilarang puasa sampai habis masa haidhnya, lalu melanjutkan puasanya. Di luar
    Ramadhan ia wajib mengqadha puasa yag ditinggalkannya selama dalam haidh.


  1. YANG DIBERI KELONGGARAN UNTUK TIDAK PUASA RAMADHAN

    1. "(Masa yang diwajibkan kamu puasa itu ialah) bulan Ramadhan yang padanya diturunkan Al-Qur'an, menjadi pertunjuk bagi sekalian manusia, dan menjadi keterangan-keterangan yang menjelaskan pertunjuk, dan (menjelaskan) antara yang haq dengan yang bathil. Karenanya, siapa saja dari antara kamu yang menyaksikan anak bulan Ramadhan (atau mengetahuinya), maka hendaklah ia puasa di bulan itu; dan siapa saja yang sakit atau dalam musafir maka (bolehlah ia berbuka, kemudian wajiblah ia puasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. (Dengan ketetapan yang demikian itu) Allah menghendaki kamu beroleh kemudahan, dan Ia tidak menghendaki kamu menanggung kesukaran. Dan juga supaya kamu cukupkan bilangan puasa (sebulan Ramadhan), dan supaya kamu membesarkan Allah karena mendapat pertunjukNya, dan supaya kamu bersyukur." ( Al-Baqarah :185.)

    2. "Diriwayatkan dari Mu'adz , ia berkata : Sesungguhnya Allah swt telah mewajibkan atas nabi untuk puasa, maka DIA turunkan ayat ( dalam surat AL-Baqarah : 183-184), maka pada saat itu barangsiapa mau puasa dan barangsiapa mau memberi makan seorang miskin, keduanya diterima. Kemudian Allah menurunkan ayat lain ( AL-Baqarah : 185), maka ditetapkanlah kewajiban puasa bagi setiap orang yang mukim dan sehat dan diberi rukhsah ( keringanan) untuk orang yang sakit dan bermusafir dan ditetapkan cukup memberi makan orang misikin bagi oran yang sudah sangat tua dan tidak mampu puasa. " ( HR. Ahmad, Abu Dawud, AL-Baihaqi dengan sanad shahih).

    3. "Diriwayatkan dari Hamzah Al-Islamy : Wahai Rasulullah, aku dapati bahwa diriku kuat untuk puasa dalam safar, berdosakah saya ? Maka beliau bersabda : hal itu adalah merupakan kemurahan dari Allah Ta'ala, maka barangsiapa yang menggunakannya maka itu suatu kebaikan dan barangsiapa yang lebih suka untuk terus puasa maka tidak ada dosa baginya " ( H.R.Muslim)

    4. "Diriwayatkan dari Sa'id Al-Khudry ra. ia berkata : Kami bepergian bersama Rasulullah saw. ke Makkah, sedang kami dalam keadaan puasa. Selanjutnya ia berkata : Kami berhenti di suatu tempat. Maka Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya kamu sekalian sudah berada ditempat yang dekat dengan musuh kalian, dan berbuka lebih memberi kekuatan kepada kamu. Ini merupakan rukhsah, maka diantara kami ada yang masih puasa dan ada juga yang berbuka. Kemudian kami berhenti di tempat lain. Maka beliau juga bersabda: Sesungguhnya besok kamu akan bertemu musuh, berbuka lebih memberi kekuatan kepada kamu sekalian,maka berbukalah. Maka ini merupakan kemestian, kamipun semuanya berbuka. Selanjutnya bila kami bepergian beserta Rasulullah saw. kami puasa ." ( H.R Ahmad, Muslim dan Abu Dawud).

    5. "Diriwayatkan dari Sa'id Al-Khudry ra. ia berkata : Pada suatu hari kami pergi berperang beserta Rasulullah saw. di bulan Ramadhan. Diantara kami ada yang puasa dan diantara kami ada yang berbuka . Yang puasa tidak mencela yang berbuka ,dan yang berbuka tidak mencela yang puasa. Mereka berpendapat bahwa siapa yang mendapati dirinya ada kekuatan lalu puasa, hal itu adalah baik dan barangsiapa yang mendapati dirinya lemah lalu berbuka,maka hal ini juga baik " (HR. Ahmad dan Muslim)

    6. "Dari Jabir bin Abdullah : Bahwa sesungguhnya Rasulullah saw. pergi menuju ke Makkah pada waktu fathu Makkah, beliau puasa sampai ke Kurraa'il Ghamiim dan semua manusia yang menyertai beliau juga puasa. Lalu dilaporkan kepada beliau bahwa manusia yang menyertai beliau merasa berat , tetapi mereka tetap puasa karena mereka melihat apa yang tuan amalkan ( puasa). Maka beliau meminta segelas air lalu di minumnya. Sedang manusia melihat beliau, lalu sebagian berbuka dan sebagian lainnya tetap puasa. Kemudian sampai ke telinga beliau bahwa masih ada yang nekad untuk puasa. Maka beliaupun bersabda : mereka itu adalah durhaka. "( HR.Tirmidzy)

    7. "Ucapan Ibnu Abbas : wanita yang hamil dan wanita yang menyusui apabila khawatir atas kesehatan anak-anak mereka, maka boleh tidak puasa dan cukup membayar fidyah memberi makan orang miskin " ( Riwayat Abu Dawud ). Shahih

    8. "Diriwayatkan dari Nafi' dari Ibnu Umar: Bahwa sesungguhnya istrinya bertanya kepadanya ( tentang puasa Ramadhan ), sedang ia dalam keadaan hamil. Maka ia menjawab : Berbukalah dan berilah makan sehari seorang miskin dan tidak usah mengqadha puasa ." ( Riwayat Baihaqi) Shahih.

    9. "Diriwayatkan dari Sa'id bin Abi 'Urwah dari Ibnu Abbas beliau berkata : Apabila seorang wanita hamil khawatir akan kesehatan dirinya dan wanita yang menyusui khawatir akan kesehatan anaknya jika puasa Ramadhan. Beliau berkata : Keduanya boleh berbuka ( tidak puasa ) dan harus memberi makan sehari seorang miskin dan tidak perlu mengqadha puasa" ( HR.Ath-Thabari dengan sanad shahih di atas syarat Muslim , kitab AL-irwa jilid IV hal 19).

    KESIMPULAN: Pelajaran yang dapat diambil dari keterangan di atas adalah :

    Orang Mu'min yang diberi kelonggaran diperbolehkan untuk tidak puasa Ramadhan, tetapi wajib mengqadha di bulan lain, mereka itu ialah :
    a). Orang sakit yang masih ada harapan sembuh.
    b) Orang yang bepergian ( Musafir ). Musafir yang merasa kuat boleh meneruskan puasa dalam safarnya, tetapi yang merasa lemah dan berat lebih baik berbuka, dan makruh memaksakan diri untuk puasa.

    Orang Mu'min yang diberi kelonggaran diperbolehkan untuk tidak mengerjakan puasa dan tidak wajib mengqadha, tetapi wajib fidyah (memberi makan sehari seorang miskin). Mereka adalah orang yang tidak lagi mampu mengerjakan puasa karena:

    a). Umurnya sangat tua dan lemah.
    b). Wanita yang menyusui dan khawatir akan kesehatan anaknya.
    c). Karena mengandung dan khawatir akan kesehatan dirinya.
    d). Sakit menahun yang tidak ada harapan sembuh.
    e). Orang yang sehari-hari kerjanya berat yang tidak mungkin mampu dikerjakan sambil puasa, dan tidak mendapat pekerjaan lain yang ringan. ( dalil 2,7,8 dan 9).



    VIII HAL HAL YANG MEMBATALKAN PUASA

    1. "...dan makan dan minumlah hingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam (fajar ), kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam..." ( Al-Baqarah : 187).

    2. "Dari Abu Hurairah ra.: bahwa sesungguhnya nabi saw. telah bersabda : Barangsiapa yang terlupa, sedang dia dalam keadaan puasa, kemudian ia makan atau minum, maka hendaklah ia sempurnakan puasanya. Hal itu karena sesungguhnya Allah hendak memberinya karunia makan dan minum " (Hadits Shahih, riwayat Al-Jama'ah kecuali
    An-Nasai).

    3. Dari Abu Hurairah ra. bahwa sesungguhnya Nabi saw telah bersabda : Barang siapa yang muntah dengan tidak sengaja, padahal ia sedang puasa - maka tidak wajib qadha ( puasanya tetap sah ), sedang barang siapa yang berusaha sehinggga muntah dengan sengaja, maka hendaklah ia mengqadha ( puasanya batal ). ( H.R : Abu Daud dan At-Tirmidziy )

    4. Diriwayatkan dari Aisyah ra ia berkata : Disaat kami berhaidh ( datang bulan ) dimasa Rasulullah saw. kami dilarang puasa dan diperintah untuk mengqadhanya dan kami tidak diperintah untuk mengqadha shalat. ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )

    5. Diriwayatkan dari Hafshah, ia berkata : Telah bersabda Nabi saw. Barang siapa yang tidak berniat untuk puasa ( Ramadhan ) sejak malam, maka tidak ada puasa baginya. ( H.R : Abu Daud ) hadits shahih.

    6. Telah bersabda Rasulullah saw: Bahwa sesungguhnya semua amal itu harus dengan niat ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )


  1. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. ia berkata : Sesungguhnya seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah saw: Ya Rasulullah saya terlanjur menyetubuhi istri saya (di siang hari) padahal saya dalam keadaan puasa ( Ramadhan ), maka Rasulullah saw. bersabda : Punyakah kamu seorang budak untuk dimerdekakan ? Ia menjawab : Tidak. Rasulullah saw bersabda : Mampukah kamu puasa dua bulan berturut-turut ? Lelaki itu menjawab : Tidak. Beliau bersabda lagi : Punyakah kamu persediaan makanan untuk memberi makan enam puluh orang miskin ? Lelaki itu menjawab : Tidak. Lalu beliau diam, maka ketika kami dalam keadaan semacam itu, Rasulullah datang dengan membawa satu keranjang kurma, lalu bertanya : dimana orang yang bertanya tadi ? ambilah kurma ini dan shadaqahkan dia. Maka orang tersebut bertanya : Apakah kepada orang yang lebih miskin dari padaku ya Rasulullah ? Demi Allah tidak ada diantara sudut-sudutnya ( Madinah ) keluarga yang lebih miskin daripada keluargaku. Maka Nabi saw. lalu tertawa sampai terlihat gigi serinya kemudian bersabda : Ambillah untuk memberi makan keluargamu. ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )


KESIMPULAN


Ayat dan hadits-hadits tersebut di atas menerangkan kepada kita bahwa hal-hal yang dapat membatalkan puasa ( Ramadhan ) ialah sbb :

a. Sengaja makan dan minum di siang hari. Bila terlupa makan dan minum di siang hari, maka tidak membatalkan puasa. ( dalil : 2 )
b. Sengaja membikin muntah, bila muntah dengan tidak disengajakan, maka tidak membatalkan puasa. ( dalil : 3 )
c. Pada siang hari terdetik niat untuk berbuka. ( dalil : 5 dan 6 )
d. Dengan sengaja menyetubuhi istri di siang hari Ramadhan, ini disamping puasanya batal ia terkena hukum yang berupa : memerdekakan seorang hamba, bila tidak mampu maka puasa dua bulan berturut-turut, dan bila tidak mampu, maka memberi makan enam puluh orang miskin.( dalil : 7 )

e. Datang bulan di siang hari Ramadhan (sebelum masuk waktu Maghrib (dalil: 4)


  1. HAL-HAL YANG BOLEH DIKERJAKAN WAKTU IBADAH PUASA.

    1. Diriwayatkan dari Aisyah ra Bahwa sesungguhnya Nabi saw. dalam keadaan junub sampai waktu Shubuh sedang beliau sedang dalam keadaan puasa, kemudian mandi.
    (H.R : Al-Bukhary dan Muslim )

    2. Diriwayatkan dari Abi Bakar bin Abdurrahman, dari sebagian sahabat-sahabat Nabi saw. ia berkata kepadanya : Dan sungguh telah saya lihat Rasulullah saw. menyiram air di atas kepala beliau padahal beliau dalam keadaan puasa karena haus dan karena udara
    panas. ( H.R : Ahmad, Malik dan Abu Daud )

    3. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. Bahwa sesungguhnya Nabi saw berbekam sedang beliau dalam keadaan puasa. ( H.R : Al-Bukhary ) .

    4. Diriwayatkan dari Aisyah ra Adalah Rasulullah saw mencium ( istrinya ) sedang beliau dalam keadaan puasa dan menggauli dan bercumbu rayu dengan istrinya ( tidak sampai bersetubuh ) sedang beliau dalam keadaan puasa, akan tetapi beliau adalah orang yang paling kuat menahan birahinya. ( H.R : Al-Jama'ah kecuali Nasa'i) hadits shahih.

    5. Diriwayatkan dari Abdullah bin Furuuj : Bahwa sesungguhnya ada seorang wanita bertanya kepada Ummu Salamah ra. Wanita itu berkata : Sesungguhnya suami saya mencium saya sedang dia dan saya dalam keadaan puasa, bagaimana pendapatmu ? Maka ia menjawab : Adalah Rasulullah r pernah mencium saya sedang beliau dan saya dalam keadaan puasa. ( H.R : Aththahawi dan Ahmad dengan sanad yang baik dengan mengikut syarat Muslim ).

    6. Diriwayatkan dari Luqaidh bin Shabrah : Sesungguhnya Nabi saw bersabda : Apabila kamu beristinsyaaq ( menghisap air ke hidung ) keraskan kecuali kamu dalam keadaan puasa. ( H.R : Ashhabus Sunan )

    7. Perkataan ibnu Abbas : Tidak mengapa orang yang puasa mencicipi cuka dan sesuatu yang akan dibelinya ( Ahmad dan Al-Bukhary ).

    KESIMPULAN
    Hadits-hadits tersebut di atas memberi pelajaran kepada kita bahwa hal-hal tersebut di bawah ini bila diamalkan tidak membatalkan puasa :
    a. Menyiram air ke atas kepala pada siang hari karena haus ataupun udara panas, demikian pula menyelam kedalam air pada siang hari.
    b. Menta'khirkan mandi junub setelah adzan Shubuh. ( dalil : 1 )
    c. Berbekam pada siang hari. ( dalil : 3 )
    d. Mencium, menggauli, mencumbu istri tetapi tidak sampai bersetubuh di siang hari.( dalil 4 dan 5 )
    e. Beristinsyak ( menghirup air kedalam hidung )terutama bila akan berwudhu, asal tidak dikuatkan menghirupnya. ( dalil : 6 )
    f. Disuntik di siang hari.
    g. Mencicipi makanan asal tidak ditelan.(dalil :7)


ADAB-ADAB PUASA RAMADHAN.

1. Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab ra. Telah bersabda Rasulullah saw: Apabila malam sudah tiba dari arah sini dan siang telah pergi dari arah sini, sedang matahari sudah terbenam, maka orang yang puasa boleh berbuka. ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )

2. Diriwayatkan dari Sahal bin Sa'ad : Sesungguhnya Nabi saw telah bersabda : Manusia ( ummat Islam ) masih dalam keadaan baik selama mentakjilkan (menyegerakan) berbuka. ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )

3. Diriwayatakan dari Anas ra., ia berkata : Rasulullah saw berbuka dengan makan beberapa ruthaab ( kurma basah ) sebelum shalat, kalau tidak ada maka dengan kurma kering, kalau tidak ada maka dengan meneguk air beberapa teguk. ( H.R : Abu Daud dan Al-Hakiem )

4. Diriwayatkan dari Salman bin Amir, bahwa sesungguhnya Nabi saw. telah bersabda : Apabila salah seorang diantara kamu puasa hendaklah berbuka dengan kurma, bila tidak ada kurma hendaklah dengan air, sesungguhnya air itu bersih. ( H.R : Ahmad dan At-Tirmidzi )

5. Diriwayatkan dari Ibnu Umar : Adalah Nabi saw. selesai berbuka Beliau berdo'a (artinya) telah pergi rasa haus dan menjadi basah semua urat-urat dan pahala tetap ada Insya Allah. ( H.R : Ad-Daaruquthni dan Abu Daud hadits hasan )

6. Diriwayatkan dari Anas, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw: Apabila makan malam telah disediakan, maka mulailah makan sebelum shalat Maghrib, janganlah mendahulukan shalat daripada makan malam itu ( yang sudah terhidang ). ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )

7. Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra: Sesungguhnya Rasulullah saw. telah bersabda : Makan sahurlah kalian karena sesungguhnya makan sahur itu berkah. (H.R : Al-Bukhary )

8. Diriwayatkan dari Al-Miqdam bin Ma'di Yaqrib, dari Nabi saw. bersabda : Hendaklah kamu semua makan sahur, karena sahur adalah makanan yang penuh berkah. ( H.R : An-Nasa'i )

9. Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit t berkata : Kami bersahur bersama Rasulullah saw. kemudian kami bangkit untuk menunaikan shalat ( Shubuh ). saya berkata : Berapa saat jarak antara keduanya ( antara waktu sahur dan waktu Shubuh )?Ia berkata : Selama orang membaca limapuluh ayat. ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )

10. Diriwayatkan dari Amru bin Maimun, ia berkata : Adalah para sahabat Muhammad saw. adalah orang yang paling menyegerakan berbuka dan melambatkan makan sahur. ( H.R : Al-Baihaqi )

11. Telah bersabda Rasulullah saw: Apabila salah seorang diantara kamu mendengar adzan dan piring masih di tangannya janganlah diletakkan hendaklah ia menyelesaikan hajatnya ( makan/minum sahur ) daripadanya. (H.R : Ahmad dan Abu Daud dan Al-Hakiem )

12. Diriwayatkan dari Abu Usamah ra. ia berkata : Shalat telah di'iqamahkan, sedang segelas minuman masih di tangan Umar ra. beliau bertanya : Apakah ini boleh saya minum wahai Rasulullah ? Beliau r.a menjawab : ya, lalu ia meminumnya. ( H.R Ibnu Jarir )

13. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. ia berkata : Adalah Rasulullah saw. orang yang paling dermawan dan beliau lebih dermawan lagi pada bulan Ramadhan ketika Jibril menemuinya, dan Jibril menemuinya pada setiap malam pada bulan Ramadhan untuk mentadaruskan beliau saw. al-qur'an dan benar-benar Rasulullah saw. Lebih dermawan tentang kebajikan( cepat berbuat kebaikan ) daripada angin yang dikirim.(HR Al-Bukhary )

14. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata : Adalah Rasulullah saw. menggalakkan qiyamullail ( shalat malam ) di bulan Ramadhan tanpa memerintahkan secara wajib, maka beliau bersabda : Barang siapa yang shalat malam di bulan Ramadhan karena beriman dan mengharapkan pahala dari Allah, maka diampuni baginya dosanya yang telah lalu. ( H.R : Jama'ah )

15. Diriwayatkan dari Aisyah ra. Sesungguhnya Nabi saw. apabila memasuki sepuluh hari terakhir ( bulan Ramadhan ) beliau benar-benar menghidupkan malam ( untuk beribadah ) dan membangunkan istrinya ( agar beribadah ) dengan mengencangkan ikatan sarungnya ( tidak mengumpuli istrinya ). ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )


  1. Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata : Adalah Nabi saw. bersungguh-sungguh shalat malam pada sepuluh hari terakhir ( di bulan Ramadhan ) tidak seperti kesungguhannya dalam bulan selainnya. ( H.R : Muslim )

    17. Diriwayatkan dari Abu salamah din Abdur Rahman, sesungguhnya ia telah bertanya kepada Aisyah ra: Bagaimana shalat malamnya Rasulullah saw di bulan Ramadhan ? maka ia menjawab : Rasulullah saw tidak pernah shalat malam lebih dari sebelas raka'at baik di bulan Ramadhan maupun di bulan lainnya, caranya : Beliau shalat empat raka'at jangan tanya baik dan panjangnya, kemudian shalat lagi empat raka'at jangan ditanya baik dan panjangnya, kemudian shalat tiga raka'at. ( H.R : Al-Bukhary,Muslim dan lainnya )

    18. Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata : Adalah Rasulullah saw. apabila bangun shalat malam, beliau membuka dengan shalat dua raka'at yang ringan, kemudian shalat delapan raka'at, kemudian shalat witir. ( H.R : Muslim )

    19. Diriwayatkan dari Ibnu Umar ia berkata : Ada seorang laki-laki berdiri lalu ia berkata : Wahai Rasulullah bagaimana cara shalat malam ? Maka Rasulullah r. menjawab : Shalat malam itu dua raka'at dua raka'at. Apabila kamu khawatir masuk shalat Shubuh, maka berwitirlah satu raka'at. ( H.R : Jama'ah )

    20. Dari Aisyah ra. ia berkata : Sesungguhnya Nabi saw shalat di masjid, lalu para sahabat shalat sesuai dengan shalat beliau ( bermakmum di belakang ), lalu beliau shalat pada malam kedua dan para sahabat bermakmum dibelakangnya bertambah banyak, kemudian pada malam yang ketiga atau yang keempat mereka berkumpul, maka Rasulullah saw tidak keluar mengimami mereka. Setelah pagi hari beliau bersabda : Saya telah tahu apa yang kalian perbuat, tidak ada yang menghalangi aku untuk keluar kepada kalian ( untuk mengimami shalat ) melainkan aku khawatir shalat malam ini difardhukan atas kalian. Ini terjadi pada bulan Ramadhan. ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )

    21. Dari Ubay bin Ka'ab t. ia berkata : Adalah Rasulullah saw. shalat witir dengan membaca : Sabihisma Rabbikal A'la )dan ( Qul ya ayyuhal kafirun) dan (Qulhu wallahu ahad ). ( H.R : Ahmad, Abu Daud, Annasa'i dan Ibnu Majah )

    22. Diriwayatkan dari Hasan bin Ali t. ia berkata : Rasulullah saw. telah mengajarkan kepadaku beberapa kata yang aku baca dalam qunut witir : ( artinya ) Ya Allah berilah aku petunjuk beserta orang-orang yang telah engkau beri petunjuk, berilah aku kesehatan yang sempurna beserta orang yang telah engkau beri kesehatan yang sempurna, pimpinlah aku beserta orang yang telah Engkau pimpin, Berkatilah untukku apa yang telah Engkau berikan, peliharalah aku dari apa yang telah Engkau tentukan. Maka sesungguhnya Engkaulah yang memutuskan dan tiada yang dapat memutuskan atas Engkau, bahwa tidak akan hina siapa saja yang telah Engkau pimpin dan tidak akan mulia siapa saja yang Engkau musuhi. Maha agung Engkau wahai Rabb kami dan
    Maha Tinggi Engkau. ( H.R : Ahmad, Abu Daud, Annasa'i, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah )

    23. Dari Abu Hurairah ra. bahwa Nabi saw. bersabda : Barang siapa yang shalat malam menepati lailatul qadar, maka diampuni dosanya yang telah lalu. ( H.R : Jama'ah )

    24. Diriwayatkan dari Aisyah ra. Sesungguhnya Rasulullah saw. telah bersabda : berusahalah untuk mencari lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir. ( H.R : Muslim )

    25. Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. ia berkata : Dinampakkan dalam mimpi seorang laki-laki bahwa lailatul qadar pada malam kedua puluh tujuh, maka Rasulullah saw. bersabda : Sayapun bermimpi seperti mimpimu, ( ditampakkan pada sepuluh malam terakhir, maka carilah ia ( lailatul qadar ) pada malam-malam ganjil. ( H.R : Muslim )

    26. Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata : Saya berkata kepada Rasulullah saw. Ya Rasulullah, bagaimana pendapat tuan bila saya mengetahui lailatul qadar,apa yang saya harus baca pada malam itu ? Beliau bersabda : Bacalah ( artinya ) Yaa Allah sesungguhnya Engkau maha pemberi ampun, Engkau suka kepada keampunan maka ampunilah daku. ( H.R : At-Tirmidzi dan Ahmad )

    27. Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata : Adalah Rasulullah saw mengamalkan i'tikaf pada sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan sampai beliau diwafatkan oleh Allah Azza wa Jalla. ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )

    28. Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata : Adalah Rasulullah saw. apabila hendak beri'tikaf, beliau shalat shubuh kemudian memasuki tempat i'tikafnya.......... ( H.R :Jama'ah kecuali At-Tirmidzi )

    29. Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata : Adalah Rasulullah saw. apabila beri'tikaf , beliau mendekatkan kepalanya kepadaku, maka aku menyisirnya, dan adalah beliau tidak masuk ke rumah kecuali karena untuk memenuhi hajat manusia ( buang air, mandi dll...
    ) ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )

    30. Allah ta'ala berfirman : ( artinya ) Janganlah kalian mencampuri mereka( istri-istri kalian ) sedang kalian dalam keadaan i'tikaf dalam masjid. Itulah batas-batas ketentuan Allah, maka jangan di dekati... ( Al-Baqarah : 187 )

    31. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. ia berkata : Telah bersabda Rasulullah saw: Setiap amal anak bani Adam adalah untuknya kecuali puasa, ia adalah untukku dan aku yang memberikan pahala dengannya. Dan sesungguhnya puasa itu adalah benteng pertahanan, pada hari ketika kamu puasa janganlah berbuat keji , jangan berteriak-teriak ( pertengkaran ), apabila seorang memakinya sedang ia puasa maka hendaklah ia katakan : " sesungguhnya saya sedang puasa" . Demi jiwa Muhammad yang ada di tanganNya sungguh bau busuknya mulut orang yang sedang puasa itu lebih wangi disisi Allah pada hari kiamat daripada kasturi. Dan bagi orang yang puasa ada dua
    kegembiraan, apabila ia berbuka ia gembira dengan bukanya dan apabila ia berjumpa dengan Rabbnya ia gembira karena puasanya. ( H.R : Al-Bukhary dan Muslim )


32. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata : Sesungguhnya Nabi saw. telah bersabda : Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan bohong dan amalan kebohongan, maka tidak ada bagi Allah hajat ( untuk menerima ) dalam hal ia meninggalkan makan dan minumnya. ( H.R: Jama'ah Kecuali Muslim ) Maksudnya Allah tidak merasa perlu memberi pahala puasanya.

33. Bahwa sesungguhnya Nabi saw. bersabda kepada seorang wanita Anshar yang sering di panggil Ummu Sinan : Apa yang menghalangimu untuk melakukan haji bersama kami ? Ia menjawab : Keledai yang ada pada kami yang satu dipakai oleh ayahnya si fulan (suaminya ) untuk berhaji bersama anaknya sedang yang lain di pakai untuk memberi minum anak-anak kami. Nabi pun bersabda lagi : Umrah di bulan Ramadhan sama dengan mengerjakan haji atau haji bersamaku. ( H.R : Muslim)

34. Rasulullah sw. bersabda : Apabila datang bulan Ramadhan kerjakanlah umrah karena umrah di dalamnya ( bulan Ramadhan ) setingkat dengan haji. ( H.R : Muslim)

KESIMPULAN
Ayat dan hadits-hadits tersebut di atas memberi pelajaran kepada kita bahwa dalam mengamalkan puasa Ramadhan kita perlu melaksanakan adab-adab sbb :

1. Berbuka apabila sudah masuk waktu Maghrib. ( dalil : 6 ) Sunnah berbuka adalah sbb :
a. Disegerakan yakni sebelum melaksanakan shalat Maghrib dengan makanan yang ringan seperti kurma, air saja, setelah itu baru melaksanakan shalat. ( dalil : 2,3 dan 4 )
b. Tetapi apabila makan malam sudah dihidangkan, maka terus dimakan, jangan shalat dahulu. ( dalil : 6 )
c. Setelah berbuka berdo'a dengan do'a sbb : Artinya : Telah hilang rasa haus, dan menjadi basah semua urat-urat dan pahala tetap wujud insya Allah. ( dalil : 5 )

2. Makan sahur. ( dalil : 7 dan 8 ) Adab-adab sahur :
a. Dilambatkan sampai akhir malam mendekati Shubuh. ( dalil 9 dan 10 )
b. Apabila pada tengah makan atau minum sahur lalu mendengar adzan Shubuh, maka sahur boleh diteruskan sampai selesai, tidak perlu dihentikan di tengah sahur karena sudah masuk waktu Shubuh. ( dalil 11 dan 12 )
· Imsak tidak ada sunnahnya dan tidak pernah diamalkan pada zaman sahabat maupun tabi'in.

3. Lebih bersifat dermawan (banyak memberi, banyak bershadaqah, banyak menolong) dan banyak membaca al-qur'an ( dalil : 13 )

4. Menegakkan shalat malam / shalat Tarawih dengan berjama'ah. Dan shalat Tarawih ini lebih digiatkan lagi pada sepuluh malam terakhir( 20 hb. sampai akhir Ramadhan). (dalil : 14,15 dan 16 )
· Cara shalat Tarawih adalah :
a. Dengan berjama'ah. ( dalil : 19 )
b. Tidak lebih dari sebelas raka'at yakni salam tiap dua raka'at dikerjakan empat kali, atau salam tiap empat raka'at dikerjakan dua kali dan ditutup dengan witir tiga raka'at. ( dalil : 17 )
c. Dibuka dengan dua raka'at yang ringan. ( dalil : 18 )
d. Bacaan dalam witir : Raka'at pertama : Sabihisma Rabbika. Roka't kedua : Qul yaa ayyuhal kafirun. Raka'at ketiga : Qulhuwallahu ahad. ( dalil : 21 )
e. Membaca do'a qunut dalam shalat witir. ( dalil 22 )

5. Berusaha menepati lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir, terutama pada malam-malam ganjil. Bila dirasakan menepati lailatul qadar hendaklah lebih giat beribadah dan membaca : Yaa Allah Engkaulah pengampun, suka kepada keampunan maka ampunilah aku. ( dalil : 25 dan 26 )

6. Mengerjakan i'tikaf pada sepuluh malam terakhir. ( dalil : 27 )
Cara i'tikaf :
a. Setelah shalat Shubuh lalu masuk ke tempat i'tikaf di masjid. ( dalil 28 )
b. Tidak keluar dari tempat i'tikaf kecuali ada keperluan yang mendesak. ( dalil : 29 )
c. Tidak mencampuri istri dimasa i'tikaf. ( dalil : 30 )

7. Mengerjakan umrah. ( dalil : 33 dan 34 )

8. Menjauhi perkataan dan perbuatan keji dan menjauhi pertengkaran. (dalil : 31 dan 32 )



ILMU ALLAH

Islam dan aqidahnya telah lama wujud, sejak wujudnya manusia pertama Adam as sampailah ke hari ini. Islam adalah Syariat hidup manusia yang diperakui oleh Allah akan kesempurnaannya yang tidak berbanding. Syariat Islam, akidah Islam bersama dengan ilmu Allah telah berkembang dari satu dekad ke satu dekad sampailah ke tahap yang paling lengkap dan sempurna di zaman Rasulullah saw.

Sesungguhnya pencapaian ilmu Allah adalah lebih tinggi dan menjangkau jauh sehingga ianya tidak boleh diterima oleh daya pemikiran manusia. Pencapaian teknologi zaman ini semata mata berlandaskan kepada kajian dan kepintaran otak fikiran ke tahap ilmu Qalam. Ilmu Allah menjangkau lebih tinggi ke tahap ilmu Ghaib dan ilmu Syuhadah.

Ilmu Qalam boleh di kuasai oleh seluruh manusia, Islam, Kafir, Kufur atau Murtad. Tetapi melalui mengenali diri dan mengenali Allah dengan sebenar benarnya, umat Islam boleh menguasai ilmu yang lebih tinggi ya’ni ilmu Ghaib dan ilmu Syuhadah. Peluang teristimewa yang di kurniakan Allah kepada Islam inilah yang sebenarnya meletakkan tahap umat Islam kesuatu darjat yang paling tinggi. Kemuliaan yang teragung jika dibandingkan dengan manusia kafir dan kufur.

Sabda Rasulullah: - “Bermula awal agama itu adalah dengan mengenal Allah.”

Oleh itu untuk mengetahui makrifat Allah, maka diberiNya ilmu kepada manusia melalui aqal dan iman, dengan satu harapan supaya manusia mengetahui akan hakikat sebenar tujuan zahirnya ke dunia ini, yaitu untuk berbakti kepada Nya dan untuk menyatakan dirinya sendiri pada zat, sifat asma’ dan afa’alNya.

Sesungguhnya semua ilmu yang ada pada manusia adalah ilmu Allah semata mata, sedangkan pada hakikatnya manusia itu adalah kosong tidak bermaya. Manusia sebenarnya tidak berhak ke atas sesuatu atau dirinya, hanya Allah saja yang empunya.

Adapun ilmu Allah terbahagi kepada 3:-

1. Ilmu Qalam
2. Ilmu Ghaib
3. Ilmu Syahadah

Ilmu Qalam

Satu ilmu yang boleh dipelajari oleh manusia biasa untuk memahami sesuatu hal yang zahir dan logik semata mata di alam maya. Tahap ilmu ini hanya boleh di kuasai oleh pancaindera yang tujuh, dan di fahami hanya oleh diri manusia itu sendiri sahaja. Ia tidak boleh menerangkan hal pengalaman ilmunya ini kepada orang lain. Contohnya menerangkan bagaimana rupa warna merah kepada orang buta. Manusia yang berjaya membuat kajian atom tidak mengerti apa dia atom itu sebenarnya.

Sebenarnya Ilmu Qalam adalah satu ilmu perhubungan manusia dengan manusia sahaja di dalam menghadapi kehidupan seharian. Dan ilmu Qalam di ajar oleh guru zahir sahaja.

Jadi bagaimana halnya untuk memperkenalkan diri Allah swt yang bersifat bersalahan dengan benda benda lain. Memandangkan hal ini Allah telah mengujudkan Ilmu Ghaib yang mempunyai daya untuk menerangkan sesuatu yang tidak boleh diterangkan oleh ilmu Qalam.

Ilmu Ghaib

Ilmu Ghaib adalah satu ilmu yang pengetahuannya amat luas sekali sehingga tidak tercapai oleh daya pemikiran manusia. Ia hanya boleh diterima oleh alat yang bernama aqal dan iman seseorang itu. Daya pengetahuan ilmu ini merangkumi bidang dunia, alam ghaib dan semua bidang bidang yang berkaitan dengan ketuhanan dan diri manusia. Tahap kekuatan ilmu ghaib adalah menembusi tujuh petala langit dan tujuh petala bumi serta apa apa saja yang ada diantara kedua dua nya. Ilmu Ghaib ini meliputi Alam Saghir atau Alam Kabir.

Ilmu Ghaib hanya boleh di ajar sepenuhnya oleh guru ghaib. Dalam hal pengajaran dan pengajian ilmu ini, guru zahir hanya bertindak sebagai penasihat mengikut pengalaman mursyidnya di dalam bidang hakiki dan makrifat terhadap seseorang yang menerima Ilmu Ghaib.

Guru ghaib yang mengajarkan ilmu ghaib ini adalah terdiri dari wali wali Allah yang ghaib, para nabi dan rasul rasul.

Ilmu Ghaib hanya di ajar dan diperolehi oleh dua golongan manusia:

1. Manusia yang dipilih sendiri oleh Allah untuk dikurniakan dengan ilmu ghaib melalui satu cara penyampaian yang diberi nama LADUNI. Bagi mereka ini mereka akan terus diajar akan ilmu ghaib oleh guru guru ghaib.
2. Mereka yang menemui jalan hakikat kepada Allah swt menerusi dengan cara berguru dengan guru guru hakikat dan makrifat serta mursyid yang mengetahui akan hakikat dan makrifat dan kemudiannya semasa menerima petua petua dari guru (penasihat) nya tadi serta pula beramal dengan segala petua gurunya itu. Maka orang tersebut kemudiannya mendapati LADUNI melalui perantaraan guru ghaib yang terdiri daripada wali wali Allah, nabi nabi dan rasul rasul.

Bermula cara untuk mendapatkan ilmu ini, maka seseorang itu hendaklah menyucikan jiwanya dan membersihkan diri terhadap Allah swt, melalui mengamalkan kaedah kaedah hakikat, iaitu jalan menuju kepada Allah swt dan dengan cara jalan mengenal diri mengikut kaedah kaedah tasauf atau jalan jalan orang orang saufi.


Oleh kerana ilmu ini hanya boleh dicapai oleh aqal dan iman sahaja, maka seseorang murid hendaklah mendapat aqal terlebih dahulu dalam hidup nya. Aqal ini hanya boleh di hasilkan oleh hati orang orang mukmin terhadap Allah swt sahaja, dengan menghancurkan ketulan darah kotor di hujung jantung mereka yang menjadi tempat istana iblis. Maka akan terpancarlah satu Nur dari dalam jantung iaitu Nurkalbun. Sesungguhnya cahaya ini sebenarnya adalah qalbu orang mukmin, Qalbul Mukminu Baitullah, (ertinya hati orang orang mukmin itu adalah Istana Allah).

Yang bernama Aqal dan dengan adanya Aqal ini maka manusia tersebut akan mempunyai Iman iaitu keyakinan hakiki terhadap sesuatu atau penerimaannya secara mutlak tanpa sifat was was syak dan waham terhadap sesuatu yang diterima melalui ilmu ghaib. Walaupun ianya itu tidak boleh diterima oleh logik fikiran manusia.

Kadar kuasa penerimaan terhadap ilmu ghaib yang luas ini adalah bergantung terus kepada kadar tahap kesucian hati dan jiwa manusia tersebut disamping mengikut kadar yang dikurniakan sendiri oleh Allah terhadap mereka. Makin suci hati seseorang itu dengan Allah, semakin tinggilah pula tahap penerimaan ilmu ghaib ini.

Pengetahuan ilmu ghaib ini dapat dilihat dengan mata basir dan dapat mendengar dengan telinga batin dan dapat pula kelazatan ilmu ini dirasai oleh hati (qalbu) hakiki yang dimilikki oleh orang orang ariffinbillah.

Bagi mereka yang dapat menguasai dan menyelami sendiri alam ilmu Ghaib, maka sudah pasti mereka dapat menjelajahi seluruh Alam Maya. Tujuh petala Langit dan tujuh petala Bumi. Mereka juga diberi peluang untuk menjelajahi di alam lain termasuk alam Barzah, Syurga dan Neraka, Arash dan Qursi Allah swt. Ini adalah alam alam yang jauh terkeluar daripada garis garis tahap fikiran manusia. Rasulullah saw menyifatkan orang yang berjaya mencapai peringkat Ghaib ke jalan Hakiki dan Makrifat dengan Allah ini sebagai orang Mati Sebelum Mati. Jiwa mereka sering tenang di samping Tuhannya semasa hidup nya di dunia dan di alam Akhirat nanti.

Jikalau nabi dan rasul rasul Allah menerima wahyu dari Tuhannya dengan 9 cara, maka ilmu ghaib diajar kepada orang orang tertentu melalui jalan LADUNI dengan 5 cara:-

1. Dengan cara Nor
2. Tajali
3. Sir
4. Sirusir
5. Tawassul

1. Cara Nor

Cara ini biasanya dapat diterima oleh seseorang yang sedang menjalani Tarikat Tasauf. Biasanya ianya dihantar melalui sebuah mimpi yang dialami seseorang yang mengamal Tarikat Tasauf. Mimpi ini dihantar secara kiasan ataupun secara terang terang.

Bila seseorang murid didalam tidurnya bermimpi maka adalah menjadi kewajipan nya merujukkan hal mimpinya kepada gurunya untuk mendapatkan pentafsiran.

Dan bagi seorang guru yang mursyid dan berpengalaman sudah tentu dapat menerangkan maksudnya, makna dan hujung jatuh sebuah mimpi yang diterima oleh anak muridnya.

Didalam sebuah mimpi tersebut, orang orang Tasauf telah diberi kiasan dengan satu peristiwa yag berlaku didalam mimpinya ataupun guru Ghaib yang terdiri dari Rasul Rasul Nabi dan Wali Wali Allah datang mengajar sesuatu kepadanya didalam mimpi tersebut.

Maka dengan jalan mendapatkan mimpi tersebut orang orang yang menjalani Tasauf dapat menerima ilmu Ghaib.

2. Cara Tajali

Tajali bolehlah ditaarifkan sebagai penjelmaan buah fikiran daripada perasaan “Zok” semasa mereka menjalani latihan Tarikat Tasauf.

Dengan mengalami “Zok” terhadap Allah swt tersebut maka terlatahlah dari mulut atau terbit daripada akalnya suatu pengetahuan baru yang tidak pernah didengar dan diperkatakan oleh mereka sendiri sebelumnya.

Misalnya terbacalah dia sepotong doa, sedangkan selama ini orang tersebut tidak pernah pun membaca doa sedemikian.

Biasanya seseorang yang sedang mengalami tajalli, sering timbul dikepalanya banyak persoalan dan dikemukakan soalan soalan tersebut kepada dirinya sendiri, kemudian didapatinya satu satu jawapan yang tepat dan memuaskan hatinya, walaupun soalan dan jawapan yang diperolehinya itu tidak pernah dialaminya sebelum ini. Malahan bila dilihatnya sesuatu, maka secara tidak di sengajakannya timbul dihatinya suatu ilham dan minat untuk mengkajinya. Maka disinilah terbitnya soalan, kajian dan jawapan dari akalnya sendiri.

Di dalam menghadapi Tajali ini seseorang itu hendaklah merujuk hal itu kepada gurunya bagi mendapat penerangan yang lebih jelas. Dengan rasa Tajali ini seseorang itu akan memperolehi ilmu Ghaib.

3. Cara Sir

Adapun Sir itu adalah satu jalan penyampaian ilmu Ghaib secara rahsia. Ianya hanya dapat di rasai dan didengar oleh seseorang itu secara mutlak.

Biasanya seseorang yang sedang menjalani alam Tasauf dapat menerima sir ini dari masa ke semasa. Lazimnya melalui pendengaran Telinga Batin.


Dimana seseorang itu akan mendengar suatu suara yang datang kepadanya. Suara tersebut akan memberitahu sesuatu yang mengajar ilmu Ghaib dengan terang dan jelas. Bisikan tersebut akan dirasai berserta dengan satu kelazatan nya tersendiri.

Cara Sir ini biasanya juga dinamakan Radio atau Telefon. Suara suara tersebut adalah daripada suara Wali Wali Allah yang agung. Yang mengajar seseorang itu tentang ilmu Ghaib.

Bila sahaja Sir diterima, murid hendaklah membentangkan hal ini kepada gurunya bagi tujuan penerangan yang lebih jelas terhadap apa yang diperolehi dari guru Ghaib tadi.

4. Cara Sirusir

Cara Sirusir adalah merupakan satu jalan penyampaian ilmu Ghaib dengan cara rahsia di dalam rahsia.

Murid dapat melihat dengan Mata Basir dan dapat mendengar dengan Telinga Batin tentang satu satu peristiwa yang berlaku atau telah berlaku, atau pengajaran ilmu Ghaib mereka, dan menikmati satu kelazatan tersendiri. Ianya boleh diibaratkan seperti TV atau TV Phone.

Hendaklah murid merujukkan hal ini kepada gurunya supaya satu penerangan dapat diberikan.

5. Cara Tawassul

Cara Tawassul adalah dengan cara penjelmaan oleh guru atau Wali Wali Allah yang Ghaib kepada murid yang menjalani Tasauf. Mereka bertemu dalam keadaan hidup hidup. Bukan dalam mimpi tidur atau sebagainya.

Mereka datang memperkenalkan diri dan tujuan, dan akan mengajar ilmu Ghaib secara langsung, jelas dan terang. Murid dapat memahaminya tanpa ragu ragu, dan boleh berinteraksi dengan guru Ghaib ini.

Kadang kadang penjelmaan ini boleh dilihat oleh orang ramai yang berdekatan.

Kedatangan mereka adalah merupakan satu penghormatan kepada ahli Tasauf atau Saufi dan dengan itu terbentuklah satu perhubungan diantara dua dua pihak.

Dimana seseorang itu akan mendengar suatu suara yang datang kepadanya. Suara tersebut akan memberitahu sesuatu yang mengajar ilmu Ghaib dengan terang dan jelas. Bisikan tersebut akan dirasai berserta dengan satu kelazatan nya tersendiri.

Cara Sir ini biasanya juga dinamakan Radio atau Telefon. Suara suara tersebut adalah daripada suara Wali Wali Allah yang agung. Yang mengajar seseorang itu tentang ilmu Ghaib.

Bila sahaja Sir diterima, murid hendaklah membentangkan hal ini kepada gurunya bagi tujuan penerangan yang lebih jelas terhadap apa yang diperolehi dari guru Ghaib tadi.

4. Cara Sirusir

Cara Sirusir adalah merupakan satu jalan penyampaian ilmu Ghaib dengan cara rahsia di dalam rahsia.

Murid dapat melihat dengan Mata Basir dan dapat mendengar dengan Telinga Batin tentang satu satu peristiwa yang berlaku atau telah berlaku, atau pengajaran ilmu Ghaib mereka, dan menikmati satu kelazatan tersendiri. Ianya boleh diibaratkan seperti TV atau TV Phone.

Hendaklah murid merujukkan hal ini kepada gurunya supaya satu penerangan dapat diberikan.

5. Cara Tawassul

Cara Tawassul adalah dengan cara penjelmaan oleh guru atau Wali Wali Allah yang Ghaib kepada murid yang menjalani Tasauf. Mereka bertemu dalam keadaan hidup hidup. Bukan dalam mimpi tidur atau sebagainya.

Mereka datang memperkenalkan diri dan tujuan, dan akan mengajar ilmu Ghaib secara langsung, jelas dan terang. Murid dapat memahaminya tanpa ragu ragu, dan boleh berinteraksi dengan guru Ghaib ini.

Kadang kadang penjelmaan ini boleh dilihat oleh orang ramai yang berdekatan.

Kedatangan mereka adalah merupakan satu penghormatan kepada ahli Tasauf atau Saufi dan dengan itu terbentuklah satu perhubungan diantara dua dua pihak.

Wednesday, April 15, 2009

8 PRINSIP TAZKIYYAT AN NAFS

8 Prinsip Tazkiyyat an Nafs

By: Prof. Dr. Achmad Mubarok MA

Seperti disebutkan sebelumnya, jiwa manusia oleh Tuhan didesain sempurna, diangugerahi kapasitas tertentu, berfitrah suci dan bisa ditingkatkan kesuciannya, tetapi bisa juga menjadi kotor jika dikotori.

Prinsip-prinsip kesucian jiwa tersebut dipaparkan oleh Alquran sebagai berikut.

1. Ada Nafs yang suci secara fitri, yakni suci sejak mula kejadiannya, yaitu nafs anak-anak yang belum mukallaf dan belum pernah melakukan perbuatan dosa seperti yang disebut dalam surat Alkahfi 74 dan surat Maryam 19.

Artinya : maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidir membunuhnya. Musa pun berkata, “Mengapa kamu bunuh jiwa yang suci, bukan karena dia membunuh orang lain?” sesungguhnya kamu telah melakukan yang mungkar.” (Q/18 : 74).

Artinya : Ia (Jibril) berkata : “Sesungguhnya aku ini haruslah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.” (Q/19 : 19).

2. Nafs yang suci jika tidak dipelihara kesuciannya bisa berubah menjadi kotor, seperti tersebut dalam surat Assyams, 10.

Artinya : … dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotori (jiwa) nya (Q/91:10).

3. Manusia bisa melakukan usaha penyucian jiwa seperti disebut dalam surat annazi’at : 18, al Fatir : 18 dan surat Al a’la : 1.

Artinya : … dan katakanlah (kepada Fir’aun) adalah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan) (Q/79:18).

… dan barang siapa yang menyucikan dirinya, sesungguhnya ia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allah lah kembali (mu) (Q/35 : 18).

Artinya : Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman) (Q/87 : 14).

4. Proses penyucian jiwa itu bisa melalui usaha, yakni dengan mengeluarkan zakat seperti tersebut dalam surat attaubah : 103, dan menjalankan pergaulan hidup secara terhormat seperti yang diisyaratkan dalam surat Annur : 28 dan 30.

Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan (hati dari kekikiran dan cinta harta) dan menyucikan mereka (dengan tumbuhnya sifat-sifat terpuji dalam jiwa mereka) (Q/9 : 103).

Artinya : Jika kamu tidak menemui seorang pun di dalam rumah (yang bukan rumahmu) itu, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: “Kembali (saja) lah,” maka hendaklah kamu kembali. Itu lebih bersih bagimu dan Allah maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q/24 : 28).

Artinya : Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan” (Q/24 : 30).

5. Penyucian nafs juga bisa dilakukan dengan proses pendidikan seperti yang dilakukan oleh para Nabi kepada umatnya. Hal ini ditegaskan Alquran dalam surat Albaqarah : 129, 151, surat Al-Imran : 164 dan surat Jum’ah 2.

Artinya : “Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Q/62 :2).

6. Di samping melalui usaha dan pendidikan, penyucian jiwa bisa juga terjadi karena karunia dan rahmat Allah yang diberikan kepada orang yang dikehendaki oleh-Nya, seperti disebutkan dalam surat Annur : 21 dan surat Annisa : 49.

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barang siapa mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki- Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (Q/24 : 21).

7. Perbuatan menyucikan jiwa (tazkiyyat an nafs) merupakan perbuatan terpuji dan dihargai Tuhan seperti disebut dalam surat Taha : 75-76, Q/91 : 9, Q/87 : 14, dan Q/92 : 18.

Artinya : (yaitu) surge ‘And yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan) (Q/20 : 76).

8. Bahwa perbuatan mengaku jiwanya telah suci merupakan hal yang tercela, seperti yang tersurat dalam surat Annajm/53 : 32, dan Q/4 : 49.

Artinya : … maka, janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa (Q/53 : 32).

SIFAT DAN KEADAAN QALB [HATI]

Sifat dan Keadaan Qalb (Hati)

By: Prof. Dr. Achmad Mubarok MA

Qalb mempunyai karakter tidak konsisten, oleh karena itu ia bisa terkena konflik batin. Interaksi yang terjadi antara pemenuhan fungsi memahami realita dan nilai-nilai (positif) dengan tarikan potensi negatif yang berasal dari kandungan hatinya, melahirkan satu keadaan psikologis yang menggambarkan kualitas, tipe dan kondisi dari qalb itu. Proses pencapaian kondisi qalb itu melalui tahapa-tahapan perjuangan rohaniah, dan dalam proses itu, menurut al-Qur’an, manusia mempunyai sifat tergesa-gesa, seperti yang dipaparkan dalam surat al-Anbiya / 21:37 dan Q., s. al-Isra / 17:11, dan berkeluh-kesah, seperti yang terdapat dalam surat al-Ma'arij / 70:9-20.

Proses interaksi psikologis itu mengantar hati pada kondisi dan kualitas hati yang berbeda-beda, yaitu:

1) Keras dan kasar hati, surat Ali Imran / 3:159,

2) Hati yang bersih, surat al-Syuara / 26: 89,

3) Hati yang terkunci mati, surat al-Syura / 42:24 dan surat al-Mumin / 40:35,

4) Hati yang bertaubat, surat Qaf / 50:33,

5) Hati yang berdosa, surat al-Baqarah / 2:283,

6) Hati yang terdinding, surat al-Anfa / 8:24,

7) Hati yang tetap tenang, surat al-Nahl / 16:106,

8) Hati yang lalai, surat al-Anbiya / 21:3,

9) Hati yang menerima petunjuk Allah SWT, surat al-Taghabun / 64:11,

10) Hati yang teguh, surat al-Qashashsh / 28:10, dan surat Hud / 11:120,

11) Hati yang takwa, surat al-Hajj / 22:32,

12) Hati yang buta, surat al-Hajj / 22:46,

13) Hati yang terguncang, surat al-Nur / 24:37,

14) Hati yang sesak, surat al-Mu'min / 40:18,

15) Hati yang tersumbat, surat al-Baqarah / 2:88,

16) Hati yang sangat takut, surat al-Naziat / 79:8,

17) Hati yang condong kepada kebaikan, surat al-Tahrim / 66:4,

18) Hati yang keras membatu, surat al-Baqarah / 2:74,

19) Hati yang lebih suci, surat al-Ahzab / 33:53,

20) Hati yang hancur, surat al-Tawbah / 9:110,

21) Hati yang ingkar, surat al-Nahl / 16:22,

22) Hati yang takut, surat al-Mu’minun / 23:60,

23) Hati yang kosong, surat Ibrahim / 14:43, surat al-Qashashsh / 28:10, dan

24) Hati yang terbakar, surat al-Humazah / 104:6-7.

Dari keterangan di atas, yang berkaitan dengan fungsi, potensi, kandungan dan kualitas hati yang disebut dalam al-Qur'an, dapat disimpulkan bahwa qalb memiliki kedudukan yang sangat menentukan dalam sistem nafsani manusia. Qalb lah yang memutuskan dan menolak sesuatu, dan qalb juga yang memikul tanggung jawab atas apa yang diputuskan. Dalam perspektif inilah tampaknya Nabi menyatakan bahwa qalb lah penentu kualitas manusia, seperti yang disebutkan dalam hadits riwayat Bukhari Muslim. Dalam hadits yang menyebutkan tentang kejelasan sesuatu yang halal dan haram serta kesamaran sesuatu yang syubhat itu di gambarkan bahwa qalb memiliki kedudukan yang sangat menentukan kualitas keputusan seorang manusia.

Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram juga jelas, tetapi di antara yang halal dan haram itu banyak perkara syubhat yang kebanyakan orang tidak mengetahuinya. Maka barang siapa menjaga diri dari yang syubhat berarti ia telah membersihkan agama dan kehormatannya, dan barang siapa yang terjerumus ke dalam syubhat berarti ia telah terjerumus ke dalam yang haram, seperti seorang pengembala yang mengembalakan ternaknya di sekeliling tanah larangan, dikhawatirkan akan masuk ke dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap raja mempunyai daerah larangan, dan ketahuilah bahwa daerah larangan Allah SWT adalah hal-hal yang di haramkan. Ketahuilah bahwa dalam setiap tubuh manusia ada sepotong organ yang jika ia sehat maka seluruh tubuhnya juga sehat, tetapi jika ia rusak, maka seluruh tubuhnya terganggu, ketahuilah bahwa organ itu adalah qalb (H.R. Bukhari Muslim).

Jika berfungsi tidaknya akal pada manusia diungkapkan al-Qur’an dengan kalimat tanya atau yang sebangsanya, maka besarnya peranan qalb dalam pengambilan keputusan diugkapkan oleh hadits riwayat ahmad dan al-Darimi dengan kalimat perintah, yang artinya mintalah fatwa kepada qalb-mu. Qalb di sini adalah tempat bertanya bagi seseorang jika ia harus memutuskan sesuatu yang sangat penting.

Rasyid Ridla dalam Kitab Hadits Arbain menyebutkan bahwa qalb itu ada dua macam, yaitu sepotong organ tubuh yang menjadi pusat peredaran darah, dan qalb merupakan subsistem nafs yang menjadi pusat perasaan. Bagian pertama memiliki pengaruh yang besar terhadap kesehatan badan dan bagian kedua memiliki pengaruh terhadap kesehatan jiwa.

sumber, http://mubarok- institute. blogspot. com

Saturday, January 31, 2009

FILSAFAT DAN TASAUF

Salam,

Sekarang kita akan melihat secara umum, bagaimanakah sebenarnya hubungan antara filsafat dengan mistisisme, yang dalam konteks filsafat Islam disebut dengan tasawuf.

Tasawuf dipahami sebagai mistisisme Islam -kadang disebut juga Sufisme- (karena dinisbatkan kepada ahli tasawwuf yang disebut sufi). Tasawuf dimasukkan oleh Ibn Khaldun ke dalam kelompok ilmu-ilmu naqliyyah (agama). Sebagai salah satu ilmu naqliyyah, maka tasawuf, didasarkan pada otoritas, yaitu Al-Qur'an dan Hadits, dan bukan pada nalar rasional seperti filsafat.

Tasawuf dan Filsafat memang bisa kita bedakan, karena sementara yang pertama bertumpu pada wahyu dan penafsiran esoterik (batini) sedangkan yang kedua bertumpu pada akal.

Meskipun begitu, tidak selalu berarti bahwa kedua disiplin ini bertentangan satu sama lainnya. Walapun untuk kebanyakan orang, filsafat akan terasa aneh karena mereka hanya menafsirkan agama secara harfiah atau eksoterik.

Menurut Ibn Rusyd, kalau terkesan bahwa filsafat seolah-olah bertentangan dengan agama, maka kita harus melakukan ta'wil kepada naskah-naskah agama. Alasannya adalah karena naskah-naskah agama bersifat simbolis dan kadang memiliki banyak makna.

Dari sudut boleh tidaknya penafsiran eksoterik atau ta'wil, maka filsafat dan tasawuf, seiya-sekata. Tetapi dilihat dari metode penelitiannya maka keduanya berbeda.

Filsafat memanfaatkan dimensi rasional pengetahuan, sementara tasawuf dimensi spiritual. Namun, karena keduanya (dimensi rasional dan spiritual) adalah dimensi sejati dari kebenaran sejati yang sama, maka keduanya berpotensi untuk saling melengkapi.

Menurut Al-Farabi dan Ibn Sina, sumber pengetahuan para filosof dan para nabi (termasuk para sufi), adalah sama dan satu, yaitu akal aktif (al-'aql al-fa'al), atau malaikat Jibril dalam istilah agamanya. Hanya saja sementara para filosof mencapai pengetahuan darinya (akal aktif) melalui penalaran akal-beserta latihan yang intensif, sementara para Nabi (sufi) memperolehnya secara langsung tanpa perantara, tanpa usaha.

Sementara itu, untuk memperoleh pengetahuan para filosof menggunakan penalaran diskursif, para Nabi (sufi) menangkapnya lewat daya mimitik imajinasi (menurut Al-Farabi) atau akal suci atau intuisi (menurut Ibn Sina).

Sehingga bisa kita saksikan bahwa, bahasa filsafat bersifat rasional, sementara bahasa profetik/mistik bersifat simbolis dan mitis. Namun menurut kedua filosof muslim tersebut, baik filsafat maupun tasawuf berbicara tentang kebenaran yang sama. Hanya saja mereka menggunakan cara dan bahasa yang berbeda.

Perbedaan yang mencolok antara modus pengenalan rasional dan pengenalan intuitif atau mistik adalah, bahwa pengetahuan akal membutuhkan "perantara", berupa konsep atau representasi- semisal kata-kata atau simbol-untuk mengetahui objek yang ditelitinya. Dan mungkin karena itu, maka modus pengenalan rasional (falsafi) disebut ilmu hushuli (acquired knowledge).

Untuk mengetahui pikiran seorang misalnya, kita harus mempelajari pikiran-pikirannya dengan membaca tulisan-tulisan atau mendengarkan ceramah-ceramahnya. Berbeda, tentunya, dengan orang itu sendiri, ketika ia ingin memahami pemikiran-pemikiran nya sendiri, ia tidak perlu atau tergantung pada kata-katanya, karena orang itu dapat memahaminya dengan begitu saja, tanpa representasi apapun.

Oleh karena sifatnya yang tidak langsung itulah, maka pengetahuan rasional tidak bisa betul-betul menangkap objeknya secara langsung. Modus pengetahuan seperti itu, menurut Rumi, akan sama dengan orang yang berusaha memetik setangkai bunga mawar dari "M.A.W.A.R."

Anda, kata Rumi, "tidak akan mampu memetik mawar dari M.A.W.A.R., karena anda baru menyebut namanya. Cari yang empunya nama!".

Berbeda dengan modus pengenalan rasional, pengenalan intuitif atau mistik (seperti yang dialami oleh para Sufi atau nabi) bersifat langsung, dalam arti tidak butuh pada simbol atau representasi apapun. Ia tidak butuh pada bacaan, huruf atau bahkan konsep dan sebangsanya.

Contoh yang mudah dari pengenalan seperti ini adalah, misalnya, pengetahuan kita tentang diri kita sendiri, atau yang biasa disebut self-knowledge. Untuk mengetahui diri kita sendiri, apakah kita perlu perantara, seperti halnya ketika kita hendak mengerti orang lain? Tentu saja tidak.

Kita tahu tentang diri kita-dengan begitu saja, karena keinginan kita dengan diri kita adalah satu dan sama. Pikiran kita misalnya, bahkan bisa dikatakan telah menyatu dengan diri kita. Ia hadir dan dan tidak bisa dipisahkan lagi dari diri kita. Itulah sebabnya, mengapa modus pengenalan ini disebut ilmu hudhuri (knowledge by presence / presential knowledge).

Karena objek yang diteliti (misalnya pikiran atau keinginan) telah hadir dalam diri kita, bahkan telah menyatu dalam diri kita, maka terjadi kesatuan (identitas) antara subjek dan objek, antara yang berpikir dengan yang dipikirkan, antara alim dan maklum. Akibatnya, maka pengetahuan kita tentang objek tersebut (yang tidak lain dari pada diri kita sendiri) adalah sama dan satu. Di sini kita mengalami bahwa "mengetahui" (to know) adalah sama dengan "ada" itu sendiri (to be).

Meskipun tasawuf dikategorikan oleh Ibn Khaldun sebagai ilmu naqliyyah (agama) dan karena itu berdasarkan pada otoritas, namun menurut kesaksian Ibn Khaldun sendiri dalam Al Muqaddimah-nya, Tasawuf, pada perkembangan berikutnya, telah banyak memasuki dunia filsafat , sehingga sulit bagi keduanya untuk dipisahkan.

Dalam kasus filsafat suhrawardi, misalnya, kita bisa melihat bahwa tasawuf bahkan telah dijadikan dasar bagi filsafatnya, sehingga orang menyebutnya filosof mistik (muta'allih) . Sementara pada diri Ibn "Arabi, kita melihat analisis yang sangat filosofis merasuki hampir setiap lembar karya-karyanya. Sehingga tasawufnya sering disebut tasawuf falfasi. Pada masa berikutnya, kita tahu bahwa Mulla Shadra, pada akhirnya telah dapat mensintesiskan keduanya, dalam apa yang kita sebut filsafat Hikmah Muta'aliyyah, atau teosofi transenden. Disini, unsur-unsur filosofis dan mistik berpadu erat dan saling melengkapi satu sama lain.

Salam,

Iman K.

http://www.parapemi kir.com

RABIATUL ADAWIYAH

Ada suatu kisah yang menceritakan bahwasanya ketika Rabiah sedang shalat disebuah pertapaan, ia merasa lelah dan langsung tertidur. Disaat tertidur itulah masuk orang maling untuk mengambil cadar rabiah. Setelah orang itu mengambil cadar rabiah, dan berkeinginan untuk keluar, maka saat itu jalan keluar bagi si maling itu tertutup. Kemudian maling itu melepaskan cadar yang diambilnya, seketika itu pulalah jalan keluar terbuka. Tapi kemudian maling itu kembali mengambil cadar rabiah, tapi jalan keluar tertutup kembali. Tujuh kali
perbuatan seperti itu diulangi oleh maling itu, kemudian terdengarlah olehnya sebuah suara disudut pertapaan rabiah.
“Hai manusia, tiada gunanya engkau mencoba-coba, sudah bertahun-tahun rabiah mengabdi kepada Allah SWT. Sedangkan setan pun tak berani menghampirinya. Tetapi betapakah seorang maling memiliki keberanian hendak mencuri cadarnya. Pergilah dari sini hai manusia jahanam tiada gunanya engkau mencoba-cobanya lagi. Kemudian ada satu kisah yang mungkin terkait dengan doa rabiah tersebut.

Pada suatu saat rabiah sedang sakit, ia dijenguk oleh abdul wahid amir dan shofyan at Tsauri. Tapi karena mereka menyegani rabiah maka mereka tidak berani berkata dan menyapa rabiah. Lalu dimulailah oleh rabiah untuk menyapa keduanya. “Engkaulah yang berkata duluan hai tsauri” kata Rabiah Lalu tsauri berkata “Jika engkau berdoa, niscaya penderitaanmu akan hilang” Rabiah menjawab “Tidak tahukah engkau siapa yang mengkehendaki aku menderita seperti ini? Bukankah Allah SWT?Tsauri pun membenarkanya “ya” Rabiah berujar “ Betapa mungkin engkau mengetahui hal ini, menyuruhku untuk memohonkan hal yang bertentangan dengan-NYA? Bukankah tidak baik kita menentang sahabat kita sendiri?“apakah yang engkau inginkan rabiah?” Tanya at Tsauri “at Tsauri, engkau adalah seorang terpelajar! Tapi kenapa engakau bertanya demikian. Demi kebesaran Allah” rabiah bertandas “telah dua belas aku
menginginkan buah kurma segar. Engkau tentu tahu bahwasanya di basrah buah korma sangat murah harganya, tapi hingga saat ini aku belum pernah memakannya. Aku ini hanyalah hamba-NYA dan apakah hak seorang hamba untuk menginginkan sesuatu? Jika aku menginginkan sesuatu sedangkan Allah tidak menginginkanya, maka kafirlah aku. Engkau harus
menginginkan segala sesuatu yang diinginka-NYA semata-mata agar engkau dapat menjadi hamba-NYA yang sejati. Tapi lain lagi persoalanya jika tuhan sendiri memberikanya.”
Kemudian at tasuri terdiam dan berkata kepada rabiah “ karena aku tidak dapat berbicara mengenaimu, maka engkaulah yang berbicara mengenai diriku” Rabiah menjawab “engkau adalah manusia yang suka membacakan hadist dan engkau juga baik kecuali dalam satu hal engkau mencintai dunia”At Tasuri pun tergugah hatinya dan berujar “Ya Allah, kasihilah aku”Tapi rabiah menyindir “Tidak malukah engkau mengharapkan kasih Allah sedangkan engkau sendiri tidak mengasihi-NYA.”

Dari kisah tersebut kita dapat mengambil hikmah dari kecintaan rabiah sebagai hambaNYA. Apa yang diinginkan manusia belum tentu diinginkan oleh NYA, tapi lain halnya bila Allah SWT sendiri yang berkehendak atas keinginan NYA. Jika seorang manusia menginginkan surga tetapi Allah SWT tidak menginginkan, apalah daya bagi manusia untuk menentang keinginan-NYA

Sunday, January 25, 2009

KELUASAN NERAKA

Luasnya Neraka :.

Yazid Arraqqasyi dari Anas bin Malik ra. berkata: Jibrail datang kepada Nabi saw pada waktu yg ia tidak biasa datang dalam keadaan berubah mukanya, maka ditanya oleh nabi s.a.w.: "Mengapa aku melihat kau berubah muka?" Jawabnya: "Ya Muhammad, aku datang kepadamu di saat Allah menyuruh supaya dikobarkan penyalaan api neraka, maka tidak layak bagi orang yg mengetahui bahawa neraka Jahannam itu benar, dan siksa kubur itu benar, dan siksa Allah itu terbesar untuk bersuka-suka sebelum ia merasa aman dari padanya." Lalu nabi s.a.w. bersabda: "Ya Jibrail, jelaskan padaku sifat
Luasnya Neraka :.

Yazid Arraqqasyi dari Anas bin Malik ra. berkata: Jibrail datang
kepada Nabi saw pada waktu yg ia tidak biasa datang dalam keadaan
berubah mukanya, maka ditanya oleh nabi s.a.w.:



"Mengapa aku melihat kau berubah muka?" Jawabnya: "Ya Muhammad, aku
datang kepadamu di saat Allah menyuruh
supaya dikobarkan penyalaan api neraka, maka tidak layak bagi orang
yg mengetahui bahawa neraka Jahannam itu benar, dan siksa kubur itu
benar, dan siksa Allah itu terbesar untuk bersuka-suka sebelum ia merasa
aman dari padanya."


Lalu nabi s.a.w. bersabda: "Ya Jibrail, jelaskan padaku sifat
Jahannam."

Jawabnya: "Ya. Ketika Allah menjadikan Jahannam, maka dinyalakan
selama seribu tahun, sehingga merah, kemudian dilanjutkan seribu tahun
sehingga putih, kemudian seribu tahun sehingga hitam, maka ia hitam
gelap, tidak pernah padam nyala dan baranya. Demi Allah yg mengutus
engkau dengan hak,
andaikan terbuka sebesar lubang jarum nescaya akan dapat membakar
penduduk dunia semuanya kerana panasnya.



Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan satu baju ahli
neraka itu digantung di antara langit dan bumi nescaya akan mati
penduduk bumi kerana panas dan basinya. Demi Allah yg mengutus engkau
dengan hak, andaikan satu pergelangan dari rantai yg disebut dalam
Al-Quran itu diletakkan di atas bukit, nescaya akan cair sampai ke bawah
bumi yg ke tujuh.

Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan seorang di
hujung barat tersiksa, nescaya akan terbakar orang-orang yang di hujung
timur kerana
sangat panasnya, Jahannam itu sangat dalam dan perhiasannya besi,
dan minumannya air panas campur nanah, dan pakaiannya potongan-potongan
api.

Api neraka itu ada tujuh pintu, tiap-tiap pintu ada bahagiannya
yang tertentu dari orang laki-laki dan perempuan."

Nabi s.a.w. bertanya: "Apakah pintu-pintunya bagaikan pintu-pintu
rumah kami?" Jawabnya: "Tidak, tetapi selalu terbuka, setengahnya di
bawah dari lainnya, dari pintu ke pintu jarak perjalanan 70,000 tahun,
tiap pintu lebih panas dari yang lain 70 kali ganda." (nota kefahaman:
iaitu yg lebih
bawah lebih panas)


Tanya Rasulullah s.a.w.: "Siapakah penduduk masing-masing pintu?"
Jawab Jibrail:

"Pintu yg terbawah untuk orang-orang munafik, dan orang-orang yg
kafir setelah diturunkan hidangan mukjizat nabi Isa a.s. serta keluarga
Fir'aun sedang namanya Al-Hawiyah.
Pintu kedua tempat orang-orang musyrikin bernama Jahim,

Pintu ketiga tempat orang shobi'in bernama Saqar.

Pintu ke empat tempat Iblis dan pengikutnya dari kaum majusi
bernama Ladha,

Pintu kelima orang yahudi bernama Huthomah.

Pintu ke enam tempat orang nasara bernama Sa'eir."


Kemudian Jibrail diam segan pada Rasulullah s.a.w. sehingga
ditanya:

"Mengapa tidak kau terangkan penduduk pintu ke tujuh?"

Jawabnya: "Di dalamnya orang-orang yg berdosa besar dari ummatmu yg
sampai mati belum sempat bertaubat."


Maka nabi s.a.w. jatuh pingsan ketika mendengar keterangan itu,
sehingga Jibrail meletakkan kepala nabi s.a.w. di pangkuannya sehingga
sedar kembali dan sesudah sadar nabi saw bersabda: "Ya Jibrail, sungguh
besar kerisauanku dan sangat sedihku, apakah ada seorang dari ummat ku
yang akan masuk ke dalam neraka?" Jawabnya: "Ya, iaitu orang yg berdosa
besar dari ummatmu."


Kemudian nabi s.a.w. menangis, Jibrail juga menangis, kemudian nabi
s.a.w. masuk ke dalam rumahnya dan tidak keluar kecuali untuk sembahyang
kemudian kembali dan tidak berbicara dengan orang dan bila sembahyang
selalu menangis dan minta kepada Allah.(dipetik dari kitab "Peringatan
Bagi Yg Lalai")


Dari Hadith Qudsi: Bagaimana kamu masih boleh melakukan maksiat
sedangkan kamu tak dapat bertahan dengan panasnya terik matahari Ku.


Tahukah kamu bahawa neraka jahanamKu itu:

1. Neraka Jahanam itu mempunyai 7 tingkat

2. Setiap tingkat mempunyai 70,000 daerah

3. Setiap daerah mempunyai 70,000 kampung

4. Setiap kampung mempunyai 70,000 rumah

5. Setiap rumah mempunyai 70,000 bilik

6. Setiap bilik mempunyai 70,000 kotak

7. Setiap kotak mempunyai 70,000 batang pokok zarqum

8. Di bawah setiap pokok zarqum mempunyai 70,000 ekor ular

9. Di dalam mulut setiap ular yang panjang 70 hasta mengandungi
lautan racun yang hitam pekat.

10. Juga di bawah setiap pokok zarqum mempunyai 70,000 rantai

11. Setiap rantai diseret oleh 70,000 malaikat


Mudah-mudahan dapat menimbulkan keinsafan kepada kita
semua.Wallahua'lam.